Laman

Rabu, 22 April 2015


Merawat Dendam Yang Bernanah Di Hati Apabila Kita Dimalukan, Dicaci Dan Difitnah


Rambut yang tercabut daripada akar menimbulkan rasa sakit. Tangan yang tergores ataupun kaki yang terhantuk pada batu juga menyebabakan rasa sakit.
Perut yang ditendang, muka yang ditampar, terkena tusukan ataupun pukulan jaga goresan pedang pasti memunculkan rasa sakit. Rasa sakit itu tidak diajar melalui proses pendidikan dan pembelajaran.
Rasa sakit itu bersifat semula jadi dan fitrah.
Begitu juga rasa sakit yang mendera hati, batin dan perasaan.
Apabila kita dihina, pasti rasa sakit muncul dalam hati kita. Apabila kita difitnah, pasti muncul rasa perit yang mencucuk jiwa.

Membalas Dendam: Pengecut atau tidak?

Ada orang yang mengatakan, orang yang tidak berani membalas sakit hati adalah pengecut.
Mereka berkata, orang yang mengatakan “mari memaafkan” adalah orang yang hipokrit.
Sakit hati perlu dibalas. Mata diganti mata dan gigi diganti gigi. Sakit hati dibalas dengan sakit hati, sekitanya boleh, sehingga ke tahap yang sekejam – kejamnya.
Ini salah
Sebenarnya dia salah apabila mengatakan orang yang tidak membalas sakit hati adalah pengecut. Menahan sakit hati supaya tidak membalas rasa sakit hati dengan cara menyakiti kembali bukan tindakan pengecut.
Lebih dari itu, bersabar dan tidak menyakiti orang yang menyakiti  ia tidak disebut sebagai tindakan pengecut.
Pengecut adalah ketika disakiti, lalu kita berasa sakit, kecewa, sedih dan berputus asa kerana tidak dapat berbuat apa – apa bagi membalasnya ataupun tidak tidak kuat menahan rasa sakit dengan kesabaran.
Inilah yang disebut sebagai pengecut. Orang yang pengecut biasanya lari daripada tanggungjawab terhadap diri sendiri.
Pertanyaan yang sering muncul sekarang adalah mengapa dendam muncul dalam diri kita?
Adakah dendam perlu dibalas?
Sekiranya dendam tidak terbalas, apa yang terjadi?
Dendam bermula daripada rasa sakit hati.
Dendam adalah rasa marah yang kita simpan jauh dalam hati, sehingga merosakkan hati kita sedikit demi sedikit.
Akibat menyimpan dendam, kita mengalami tekanan berpanjangan”
Ada orang menderita strok kerana disebabkan oleh mereka sakit hati, dan ada orang menderita sakit jantung juga kerana perkara yang sama.
Semua itu disebabkan hatinya dikuasai dendam, tetapi dia tidak dapat melampiaskan dendamnya itu.
Dendam dihati bukan hanya menyebabkan sakit hati, bahkan mungkin juga menjejaskan kesihatan tubuh badan.
Dalam dendam memang selalu ada kebencian, marah, kecewa, putus asa, dan hampa kerana dendam itu tidak terbalas.
Adakah waktu dapat menguraikan dendam?
Ya. Tetapi bergantung pada orang yang memiliki dendam itu sendiri.
Apabila hati tidak segera dibebaskan daripada rasa dendam, sakitnya tetap terasa walaupun waktu berubah.
Apabila orang berbuat jahat kepada kita, kita boleh mengambil jalan dengan urutan cara berikut:
  • Kita tidak membalas
  • Kita balas dengan cara setimpal
  • Kita bersabar dengan keburukan yang dilakukan oleh orang kepada kita
Antara akhlak Islam adalah apabila orang lain memperlakukan kita dengan buruk, kita membalasnya dengan berbuat baik, tidak dengan keburukan juga.
Namun, pada saat orang berbuat jahat kepada kita, biasanya tiada yang lain yang akan kita fikirkan kecuali bagaimana membalasnya dengan kejahatan juga.
Kadangkala kejahatan sehasta dibalas dengan keburukan beberapa hasta
Contohnya, kita difitnah mencuri wang pejabat. Lalu, tindakan kita adalah membalas keburukannya dengan cara menyebarkan keburukan diri orang itu.
Tentunya kita belum merasa puas. Kita pun berteriak memarahi orang itu, ditambah keinginan memukul, menendang, ataupun tindakan lain yang lebih ekstrem.
Jujur pada diri sendiri. Kita sering tidak sedar pembalasan kita sudah melampaui batas. Kita membalas keburukan dengan cara yang lebih buruk.
Sekali kita dimarahi, kita membalas dengan berkali – kali memarahi. Sekali kita ditampar, kita membalasnya dengan menampar berkali – kali.
Rasanya – rasanya, kita masih juga belum puas. Kita ingin menamparnya lagi, kita ingin menyakitinya dengan cara yang lebih sakit dan lebih sakit lagi.
Membalas keburukan dengan keburukan adalah kehinaan atas kehinaan. Darjat orang yang demikian adalah rendah, sama sahaja seperti membalas kedengkian dengan kedengkian.
Perkara yang melatari perkara itu adalah dendam dan bukan menegakkan keadilan.
Membalas keburukan dengan keburukan memang dapat membahagiakan hawa nafsu, Tetapi membalas keburukan dengan kebaikan adalah kemenangan manusia dihadapan manusia lain dan di hadapan Allah. 

Bersabar, bersabar dan bersabarlah..

Percayalah setiap apa yang berlaku pasti ada hikmah yang ingin Allah tunjukkan kepada kita.
Apa yang perlu buat adalah sabar dan yakin bahawa semua itu akan datang pada kita, tepat pada masanya.
“Apabila kamu membalas kejahatan, kamu perlu membalas kejahatan yang sama seperti yang ditimpakan kepada kamu dan apabila kamu bersabar, tindakan yang demikian itu adalah lebih baik untuk orang yang bersabar”  [ An-Nahl ayat 126 ]

Rabu, 15 April 2015

Kata Kata Bijak


“Gigitan seorang sahabat akan lebih baik daripada ciuman seorang musuh”
“Kekhawatiran dengan pekerjaan yang numpuk hanya akan bisa dikurangi dengan menyelesaikannya satu per satu”
“Kau tidak perlu marah dengan orang yang suka pamer kebahagiaan. Mungkin dia tidak cukup bahagia sehingga perlu pengakuan orang lain”
“Ilmu tentang suatu kehidupan hanya akan bisa didapat dengan menjalaninya”
“Tidak seorang pun akan dapat membuatmu kecewa kecuali kamu sendiri yang mengizinkannya”
“Hidup itu ibarat permainan sepak bola, Harus selalu bergerak dan menyerang serta bertahan agar kita bisa menang”
“Mereka yang slalu bersabar bukan karena gagal, namun mereka menunggu saat yang paling tepat untuk menikmati sebuah kebahagiaan”
“bahagia itu sangat sederhana, selalu menghargai apapun yang telah diraih walau sekecil apapun”
“Kita boleh menjadi seseorang yang biasa saja dengan mimpi yang sangat luar biasa”
“Jika merasa seorang sahabat, jangan hanya ada disaat membutuhkannya saja”
"Kehidupan ini pasti akan terasa indah apa bila kita selalu bersukur,, jadi tidak ada alasan apapun bagi kita untuk tidak menyusukuri nikmat apa yang telah diberikan Tuhan pada kita"
"Tak pernah ada yang salah jika kita mengikuti kata hati, tapi kalau kita selalu menemukan diri kita terluka karenanya,, maka mulailah untuk mendengarkan apa itu logika"
"Janganlah kita pernah untuk bersedih apabila hari ini dipandang dengan sebelah mata,, teruslah berusaha untuk membuktikan bahwa kita akan layak untuk mendapatkan kedua belah matanya"
"Sebuah kata maaf selalu yang menjadi terbaik apa bila kita ingin melepaskan beban dalam hati kita,, walaupun terasa sangatlah berat untuk mengucapkannya"
"Janganlah pernah untuk berputus asa jika hari ini kita tidak mempunyai sebuah pekerjaan,, tetaplah yakin dan selalu berusaha dan berdo'a,, bahwa rezeki pasti ada selagi kita selalu mau bersabar & berusaha"
"Kehidupan ini hanyalah senuah perjalanan,, Allah dan surga-Nya lah tujuan kita yang utama"
"Jangalah pernah untuk menggunjingkan orang lain, lebih baik mulai untuk merencanakan dan melakukan apa yang menjadi tujuan kita"
"Apapun yang akan terjadi dalam hidup ini, jangan pernah dijadikan sebuah beban. Selalu berserah dirilah pada-Nya, dan yakin bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang terbaik untuk kita"
"Bersyukurlah jika dalam mengarungi kehidupan ini mendapatkan cobaan dan masalah. Karena ketika kita mendapatkan cobaan dan masalah itu kita akan selalu teringat dengan Tuhan"
"Jika orang-orang yang baik tumbang bukanlah karena dengan banyaknya orang-orang yang jahat, tetapi karena begitu banyaknya orang-orang yang baik diam dan selalu mendiamkannya" 
Menjadi seseorang yang selalu bijaksana didalam menyikapi pada setiap pernyataan serta pertanyaan yang ada akan dapat menjadikan sebuah semangat dan juga daya untuk tetap terus perkembang lebih meningkat. Suatu harapan serta keinginanan untuk menjadi sosok pribadi yang bijaksana tidak akan pernah lepas dari 3 (tiga) kata yakni ASA, ASIH dan juga ASUH. Asa didalam kehidupan hendaknya mempunyai suatu pertimbangan dan pemikiran seimbang serta tidak memihak. Asih mencoba untuk memberikan pertimbangan terhadap pemikiran tanpa harus adanya jatuh vonis dan Asuh memiliki kewajiban didalam hidup untuk selalu membimbing dan juga mengarahkan yang sesuai dasar dasar tersebut. 

Baca juga kata kata galau  

Sekian persembahan mengenai ulasan kata kata bijak terbaru arti sebuah kehidupan yang bisa untuk kita jadikan sebuah inspirasi dalam menjalankan kehidupan yang akan lebih baik lagi. Terima kasih atas kunjungan sobat semua ke blog dunia remaja yang sederhana ini. Salam sukses..!!
Kata Kata Galau

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags : 

Related : Kata Kata Bijak Terbaru 2015 Arti Sebuah Kehidupan

Mengusir Cinta Terlarang

Ini kasus yang unik. Tentang seseorang yang menyimpan cinta tersembunyi dalam hati. Bukan hanya seseorang, karena ada juga yang bersambut. Dua orang yang tidak selayaknya, menjalin cinta. Cinta haram yang tersembunyi dalam gadget.
Mungkin antar dua kekasih lama jaman SMA atau teman kuliah. Mungkin dua orang sekantor atau teman kerja satu atap. Mungkin sekedar kenalan di dumay.
“Mengapa kamu melakukan itu?”
“Dia yang selalu menyemangati saya….sedangkan suami saya sendiri tidak peduli…” kata seorang perempuan bersuami yang menjalin hubungan gelap dengan seorang lelaki beristri.
“Yang penting kami tidak pernah berduaan. Tidak berkencan. Kami hanya berhubungan via BBM, via FB. Kalau ngumpul bersama teman-teman yang lain. Bukankah saya tidak berzina…?”

“Mungkin ini yang terbaik yang bisa kami lakukan, karena cinta kami tidak mungkin bersatu. Kami masing-masing punya keluarga dan punya anak-anak. Tapi perasaan kami terlalu spesial untuk dihapuskan….”
Yang terbaik? Yang benar saja.
Baik menurut siapa?

Tapi konon ada rumor beredar yang entah benar entah tidak. Tentang dua golongan yang tak dapat mendengar nasehat. Pertama adalah orang yang sedang jatuh cinta. Kedua pendukung fanatik capres….#halah.

Pernahkan anda menemui yang demikian?
Atau mungkin anda sendiri pernah tergelincir simpati atau bahkan jatuh cinta atau menyepakati suatu rahasia dengan orang yang terlarang. Atau mengetahui pasangan anda diam-diam mengagumi orang lain …atau malah sudah menjalin hubungan ….?

Ah tidak, kudoakan anda jauh dari semua itu. Naudzubillah.
Tapi…tapi bagaimana jika itu memang terjadi? Atau bagaimana mencegah agar tidak terjadi?
Berikut tips 10 mencegah atau mengusir cinta terlarang
1. Ingat larangan untuk mendekati zina. Belum sampai ke zina memang, tapi mendekatinya sudah dilarang. Apa itu? Zina dengan hati, dengan mata, dengan telinga. Dengan sms, dengan chatting….jika memang bukan mahram, maka berlaku rambu-rambu adab pergaulan dengan non mahram.
2. Setiap orang akan menuai apapun yang dilakukan. Barang siapa melakukan perbuatan baik sebesar dzarah maka ia akan mendapatkan. Demikian pula semua perbuatan tercela, sekecil apapun, akan membawa dampak dan balasan. Bukankah Tuhan Maha Mengetahui.
3. Bayangkan saja jika suami atau istri mengetahui jika pasangannya telah menggadaikan kesetiaannya, sekalipun hanya selingkuh hati….tentu menyakitkan bahkan bisa meretakkan dua rumah tangga. Bagaimana dengan jiwa anak-anak, saat tahu penyebabnya adalah ketidak setiaan orang tuanya….?
4. Hentikan. Putuskan. Lupakan. Bukan berarti telah memutus tali silaturahmi. Tidak. Jika dengan berhenti berhubungan itu bisa menutup atau menjauhkan dari fitnah yang lebih besar, maka itu yang seharusnya dilakukan. Hapus semua jejak, barang pemberian, record chatting, email dan apapun yang bisa memanggil kenangan.
5. Lah bagaimana jika satu atap? Jika pekerjaan tidak permanen, atau belum mapan, pindah saja cari kerjaan baru. Jika memang telah permanen. Mintalah mutasi atau pindah ruangan. Jika tidak….berjuang keras menetralkan hati dan perasaan. Lebih banyak ibadah, berdoa dan menjaga adab pergaulan. Semoga Allah berikan jalan keluar.
6. Diantara pencegahan agar tergelincir adalah membatasi agenda komunikasi hanya di wilayah pekerjaan. Tak perlu menanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi. Juga lakukan komunikasi sekalipun via sms, BBM atau WA pada jam-jam yang wajar, seperti layaknya orang bertamu. Gunakan bahasa baku dan standar untuk menunjukkan tak ada perhatian secara personal.
7. Yang sangat penting adalah bertaubat, menyesali dan terus mendekat pada pasangannya sendiri. Bangun komunikasi penuh cinta pada pasangan agar kualitas hubungan dengan pasangan semakin mesra. Rumah tangga adalah prioritas pertama.
8. Jika sedang memiliki masalah dengan pasangan, jangan pernah curhat pada orang lain yang bukan mahram. Curhatlah pada sesama perempuan atau sesama lelaki yang bisa dipercaya dan sekiranya membantu mencari solusi. Curhat pada non mahram sama dengan membuka peluang masalah baru.
9. Jangan mau dicurhati orang yang memiliki masalah keluarga jika anda bukan konselor. Apalagi bukan mahram anda. Itu akan mempengaruhi perasaan anda atau akan menimbulkan peluang masalah baru.
10. Hindarkan hubungan atau komunikasi yang intens dalam waktu yang lama, karena akan berpeluang jatuh pada pepatah ” witing tresno jalaran saka kulina” (munculnya perasaan jatuh cinta karena terbiasa).
sumber:baitijannati.wordpress.com

Minggu, 12 April 2015

Anak Tanggung Jawab Ayah

Anak Tanggung Jawab Ayah
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6)
Para ulama menyatakan: ‘Diri-diri kalian,’ yakni: Anak-anak kalian, karena anak itu merupakan bagian dari diri ayahnya. Dan ‘keluarga-keluarga kalian,’ yakni: Istri-istri kalian.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ
“Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian tidak lain kecuali ujian.” (QS. At-Taghabun: 15)
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Al-Bukhari no. 844 dan Muslim no. 1829)
Dari Ma’qil bin Yasar radhiallahu anhu dia berkata: Sesunguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidak ada seorang hambapun yang Allah berikan kepadanya beban untuk memimpin, lalu dia mati dalam keadaan menipu orang-orang yang dia pimpin, kecuali Allah akan mengharamkan surga atasnya.”(HR. Muslim no. 142)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat baginya, dan anak shalih yang selalu mendoakannya.”(HR. Muslim no. 1631)
Penjelasan ringkas:
Anak-anak, pendidikannya, serta pengurusannya adalah amanah yang Allah berikan kepada para ayah, karenanya para ayah adalah pimpinan mereka dan penanggung jawab atas keadaan mereka. Wajib atas para ayah untuk menasehati anak-anak mereka dengan kebaikan dan menjadikan pendidikan serta perbaikan mereka merupakan pekerjaan dan urusannya yang paling utama dan paling penting. Tidak boleh bagi seorang ayah untuk hanya memenuhi semua kebutuhan jasad dari anaknya berupa makanan dan pakaian lalu setelah itu dia menganggap kewajibannya hanya itu kemudian menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan dunianya dan tidak mengurusi kebutuhan ruhani dari anak-anaknya. Karena barangsiapa yang mengerjakan hal tersebut niscaya dia akan menyesal pada akhirnya, baik di dunia ketika dia sudah tua dan anak-anaknya juga tidak mau mengurusinya, terlebih lagi di akhirat ketika dia dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah dibebankan kepadanya tersebut.
Memenuhi kebutuhan ruhani anak-anak -berupa keimanan dan amal saleh- jauh lebih penting daripada memenuhi kebutuhan jasadnya. Karenanya Allah Ta’ala dalam Al-Qur`an tidak pernah memerintahkan para ayah untuk melindungi anaknya dari panasnya terik matahari atau dari panasnya rasa lapar, akan tetapi justru Allah memerintahkan mereka untuk melindungi anak-anak mereka dari api neraka. Sudah dipastikan bahwa setiap ayah tentu sangat menyayangi dan mencintai anak-anaknya dan tidak akan tega membiarkan anak-anaknya tidak makan atau tidak berpakaian, maka apakah dia tega jika anaknya dijadikan sebagai bahan bakar neraka atau berpakaian dengan pakaian dari api neraka?!
Karenanya Allah Ta’ala mengingatkan bahwa kecintaan kepada anak-anak jangan sampai membuat mereka mencelakai anak-anak mereka sendiri, karena anak-anak itu hanya merupakan ujian bagi mereka. Dengan alasan kasih sayang, dia tidak mau menyuruh anaknya shalat padahal dia sudah berumur 7 tahun, tidak mau memukulnya jika tidak mau shalat padahal anaknya sudah berumur 10 tahun. Tidak mengajari dan menyuruhnya berpuasa padahal puasa sudah wajib atasnya hanya karena alasan kasihan melihatnya kelaparan. Memenuhi semua apa yang anaknya dengan alasan kasih sayang, walaupun permintaan si anak bisa mencelakai anak itu sendiri baik mencelakai jasadnya maupun mencelakai imannya. Intinya, Allah Ta’ala memerintahkan para ayah untuk mencintai dan menyayangi anak-anaknya akan tetapi tetap dalam aturan syariat dan tidak berlebihan dalam memanjakannya hingga menelantarkan pengajaran keagamaan anak-anaknya.
Hendaknya para ayah mengingat bahwa sikap keras -sesekali- kepada anak dan gemblengan keagamaan yang benar kepada mereka -walaupun merupakan amalan yang berat dan melelahkan- akan tetapi amalan ini termasuk dari penentu nasibnya di akhirat kelak. Jika dia berhasil maka dia akan bisa menjawab pertanyaan Allah kepadanya tentang tanggung jawabnya, dan dia senantiasa mendapatkan limpahan pahala dan keutamaan sampai walaupun dia telah meninggal, karena adanya doa dan amal saleh dari anak-anaknya. Tapi sebaliknya jika dia gagal dalam amalan ini karena keteledoran dia atau sikap acuh tak acuh dia terhadap pendidikan keagamaan anaknya, maka dia akan menyesal pada hari kiamat tatkala dia tidak bisa menjawab pertanyaan Allah terhadapnya yang akan menyebabkan dia diharamkan untuk masuk ke dalam surga, wal ‘iyadzu billah. Adapun jika dia telah berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang ayah dalam memenuhi pendidikan keagamaan anaknya akan tetapi Allah dengan takdir-Nya yang penuh hikmah menetapkan anaknya tidak menjadi anak yang saleh, maka insya Allah dia tidak akan dituntut pada hari kiamat karena dia telah menunaikan amanah yang dibebankan kepadanya.
Bukan yang dimaksudkan dengan memenuhi kebutuhan keagamaan anak di sini adalah dengan sekedar memasukkannya ke ponpes atau pondok tahfizh atau SDIT sejak usia dini lalu setelah itu dia berlepas tangan dan tidak mau tahu pokoknya anaknya harus bias ngaji harus hafal Al-Qur`an dan hadits, dan seterusnya dari target-target yang mulia tapi tidak diiringi dengan keseriusan sang ayah dalam mendidiknya kecuali keseriusan dia dalam membayarkan kewajibannya kepada sekolah. Yang dia ketahui hanya wajib membayar SPP setiap bulan lalu menyerahkan sisanya kepada para guru dan penanggung jawab di sekolah. Tentunya bukan tanggung jawab seperti ini yang kami maksudkan, karena bagaimanapun juga peran orang tua di rumah jauh lebih mempengaruhi keadaan sang anak daripada pendidikan para guru. Wallahul musta’an.
Terakhir, sebagai langkah awal bagi setiap ayah dalam memperbaiki keadaan keagamaan anak-anaknya adalah memperbaiki keadaan keagamaan diri sendiri baik sebelum maupun setelah dia menikah, serta wajib atasnya untuk memilih istri yang salehah karena ‘buah biasanya tidak jatuh jauh dari pohonnya’. Wallahul muwaffiq.

5 Alasan Pria Akhirnya Memutuskan untuk Bercerai

Tak semua pernikahan atau kehidupan rumah tangga bisa berjalan mulus dan berakhir bahagia. Terkadang jalur perceraian akhirnya ditempuh demi kebahagiaan masing-masing pasangan. Tapi biasanya keputusan untuk bercerai ini tidak semata-mata dibuat dalam waktu sekejap. Pada umumnya sepasang suami istri memutuskan untuk bercerai ketika sudah berbulan-bulan lamanya mengalami masalah atau tidak akur.

Hmm, tapi kira-kira apa ya yang membuat seorang pria akhirnya memutuskan untuk bercerai?
  • Tidak Tahan dengan Permintaan Istri yang Aneh-Aneh

    Seorang pria bisa memutuskan untuk bercerai ketika sang istri sudah mulai meminta yang aneh-aneh. Sebagai contoh, saat sang suami baru saja mengalami kebangkrutan dan kecelakaan, lalu tiba-tiba sang istri minta dibelikan perhiasan mahal, hal ini akan memicu sang suami untuk menceraikan istrinya. Ketika sudah tak ada lagi sikap saling memahami satu sama lain, pria pun bisa memutuskan untuk bercerai dari istrinya.
  • Sudah Tak Ada Lagi Sikap Saling Percaya

    Dituduh selingkuh, marah-marah tanpa sebab, dan mudah percaya dengan omongan orang lain, ketika istri sudah melakukan hal tersebut, sang suami juga pada akhirnya tak lagi menemukan kenyamanan di dekatnya. Ketika sikap saling percaya sudah hilang, maka pernikahan tersebut bisa jadi sudah di ambang batas kehancuran.
  • Ketika Istri Tak Lagi Memberi Semangat

    Ketika suami sedang mengalami stres atau depresi dan istri sama sekali tak memberi semangat, saat itu keinginan untuk bercerai bisa muncul. Apalagi jika istri malah menertawakan kondisi suami yang jelas-jelas sangat tertekan tersebut. Jika kondisi ini terus terulang, maka saat untuk bercerai rasanya hanya tinggal menunggu waktu saja.
  • Ketika Istri Tak Lagi Mempercayai Impian Suami

    Tak hanya wanita, pria pun ingin bisa dimengerti. Saat suami merasa bahwa impiannya tak lagi didukung oleh sang istri, ia bisa saja mengambil kesimpulan kalau tak ada gunanya lagi melanjutkan kehidupan rumah tangga dengan seseorang yang meremehkan atau tak mempercayai impiannya. Punya impian itu perkara yang gampang, tapi memperjuangkannya itu sangat butuh usaha keras dengan jatuh bangun yang berulang kali. Dan seorang pria pun butuh seseorang yang bisa membantunya untuk bisa selalu bangkit untuk mewujudkan impiannya.
  • Terlalu Cuek dan Hilangnya Kepedulian

    Hati siapa yang tak akan terluka ketika orang terdekat malah cuek dan tidak peduli di saat-saat yang paling penting. Kehidupan pernikahan pastinya akan dipenuhi banyak liku dan tantangan baru. Tapi jika sifat peduli antar pasangan sudah hilang, maka kehidupan rumah tangga itu sudah berada dalam titik yang kritis.
Ladies, baik wanita maupun pria, keduanya bisa sama-sama memiliki alasan tersendiri untuk bercerai. Tapi sebagai orang dewasa, setiap keputusan yang dibuat haruslah berdasarkan pertimbangan dan perhitungan yang matang.

Islam Menjaga dan Memuliakan Wanita

Bunda Seny
Bunda Nunuy
Ainun Nisa



Di antara stigma negatif yang dialamatkan oleh Barat terhadap ajaran Islam adalah, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan wanita, memasung kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan kaum laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Wanita Islam pun dicitrakan sebagai wanita terbelakang dan tersisihkan dari dinamika kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Oleh karena itu, mereka menganggap, bahwa Islam adalah hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.
Anehnya, sebagian kaum muslimin yang telah kehilangan jati dirinya malah terpengaruh dengan pandangan-pandangan itu. Alih-alih membantah, mereka malah menjadi bagian dari penyebar pemikiran mereka. Dibawah kampanye emansipasi wanita dan kesetaraan gender, mereka ingin agar kaum muslimah melepaskan nilai-nilai harga diri mereka yang selama ini dijaga oleh Islam.

Wanita pra-Islam

Sebelum datang Islam, seluruh umat manusia memandang hina kaum wanita. Jangankan memuliakannya, menganggapnya sebagai manusia saja tidak. Orang-orang Yunani menganggap wanita sebagai sarana kesenangan saja. Orang-orang Romawi memberikan hak atas seorang ayah atau suami menjual anak perempuan atau istrinya. Orang Arab memberikan hak atas seorang anak untuk mewarisi istri ayahnya. Mereka tidak mendapat hak waris dan tidak berhak memiliki harta benda. Hal itu juga terjadi di Persia, Hidia dan negeri-negeri lainnya. (Lihat al Mar`ah, Qabla wa Ba’da al Islâm, Maktabah Syamilah, Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 9-14)
Orang-orang Arab ketika itu pun biasa mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan, hanya karena ia seorang wanita! Allah berfirman tentang mereka,
 وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
 “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl [16]: 58)
Muhammad al Thâhir bin Asyûr mengatakan, “Mereka mengubur anak-anak perempuan mereka, sebagian mereka langsung menguburnya setelah hari kelahirannya, sebagian mereka menguburnya setelah ia mampu berjalan dan berbicara. Yaitu ketika anak-anak perempuan mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan. Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang jahiliyyah. Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan menganggap hal ini sebagai hak seorang ayah, maka seluruh masyarakat tidak ada yang mengingkarinya.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 14/185)

Wanita Pasca Islam

Kemudian cahaya Islam pun terbit menerangi kegelapan itu dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerangi segala bentuk kezaliman dan menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali. Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
 “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:
 اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
 خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)
Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11)

Wanita adalah Karunia, Bukan Musibah

Setelah sebelumnya orang-orang jahiliyah memandang wanita sebagai musibah, Islam memandang bahwa wanita adalah karunia Allah. Bersamanya kaum laki-laki akan mendapat ketenangan, lahir maupun batinnya. Darinya akan muncul energi positif yang sangat bermanfaat berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup. Laki-laki dan wanita menjadi satu entitas dalam bingkai rumah tangga. Kedunya saling membantu dalam mewujudkan hidup yang nyaman dan penuh kebahagian, mendidik dan membimbing generasi manusia yang akan datang. Allah berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rûm [30]: 21)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS. An Nahl [16]:72)
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)

Hak dan Kedudukan Wanita

Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin dalam Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi hak wanita. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Diantara contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah: wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan mendapat pahala:
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)
Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam bermusyawarah dalam soal penyusuan:
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.”(QS. Al Baqarah [2]: 233)
Wanita berhak mengadukan permasalahannya kepada hakim:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Mujâdilah [58]: 1)
Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan beberapa kasus pengaduan wanita kepadanya.
Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi munkar dan ibadat yang lainnya:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71)
Allah juga berfirman tentang hak wanita:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)
Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa wanita memiliki hak atas laki-laki, sebagaimana laki-laki atas mereka. Maka, hendaknya masing-masing dari keduanya menunaikan hak yang lainnya dengan cara yang makruf.” (Tafsîr al Qur`ân al Adzîm: 1/609)
Muhammad al Thâhir bin ‘Asyûr berkata, “Ayat ini adalah deklarasi dan sanjungan atas hak-hak wanita.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/399)

Mutiara Yang Harus Dijaga

Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang.
Muhammad Thâhir ‘Asyûr rahimahullah berkata, “Agama Islam sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita. Bagaimana tidak, karena wanita adalah setengah dari jenis manusia, pendidik pertama dalam pendidikan jiwa sebelum yang lainnya, pendidikan yang berorientasi pada akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala pengaruh buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh setan…
Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia datang untuk memperbaiki kondisi kaum wanita, mengangkat derajatnya, agar umat Islam (dengan perannya) memiliki kesiapan untuk mencapai kemajuan dan memimpin dunia.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/400-401)
Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Aturan ini berbeda dengan kaum laki-laki. Allah memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak menjadi fitnah bagi mereka.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59)
Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di rumah, menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzâb [33]: 33)

Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka menjaga dan memuliakan kaum wanita, sekaligus menjamin tatanan kehidupan yang baik dan bersih dari prilaku menyimpang yang muncul akibat hancurnya sekat-sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita. Merebaknya perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual adalah diantara fenomena yang diakibatkan karena kaum wanita tidak menjaga aturan Allah diatas dan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan penanggungjawab mereka lalai dalam menerapkan hukum-hukum Allah atas kaum wanita.

Penutup

Akhirnya, dengan keterbatasan ilmu dan kata, penulis merasa bahwa apa yang dipaparkan dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Namun mudah-mudahan paling tidak dapat sedikit menjawab keragu-raguan yang mungkin hinggap pada benak sebagian kaum muslimin tentang pandangan Islam terhadap wanita, disebabkan karena merebaknya opini keliru yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak menginginkan syariat Islam tegak menopang sendi-sendi kehidupan umat manusia
***
Wallâhu a’alam bish-shawâb wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.