Mencintai itu menyakitkan, tidak mencintai juga menyakitkan.
Mencintai namun tidak dicintai menyisakan luka yang teramat besar.
berita tentang seorang wanita, yang jasadnya ditemukan terbujur kaku
di dalam mobil yang terparkir di Bandara Soekarno-Hatta beberapa hari
lalu. Setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak yang berwajib, ternyata
pelaku pembunuhan itu adalah kekasih gelapnya sendiri.
Kejadian seperti ini mungkin bukan hanya sekali saja terjadi, ada
seorang pria yang tega memutilasi istri/pacarnya sendiri, ada pula yang
tega membakar tubuh kekasihnya, dan banyak sekali bentuk kekerasan
bahkan kekejaman yang dilakukan oleh pelaku kepada korbannya, yang tak
lain adalah orang terdekatnya, dan semua itu didasari dan dilatar
belakangi oleh rasa terbakar karena api cemburu!
Api cemburu ternyata mampu melumatkan cinta. Cemburu buta,
posesif berlebihan, amarah meluap mampu memadamkan cinta yang membara.
Begitu banyak pertanyaan yang melatarbelakangi mengapa mencintai
seseorang justru sangat menyakitkan? Mengapa cinta bisa mengubah
seseorang menjadi kejam? Dan bila cinta bersemayam dalam hati, mengapa
begitu banyak pasangan suami isteri yang memutuskan bercerai? Kemanakah
perginya cinta yang dahulu bergelora? Mengapa seseorang tega
mengkhianati pasangannya? Mengapa suami melakukan kekerasan dalam rumah
tangga terhadap isterinya? Mengapa ada orang yang nekat mengakhiri
hidupnya dengan tragis hanya karena putus cinta? Sedemikian dahsyat kah
cinta memporak-porandakan hati? Benarkah mencintai itu menyakitkan?
Lantas apa yang melatarbelakangi rasa cinta berubah menjadi sesuatu
hal yang menjadi begitu menyakitkan, dan kekejian menjadi petaka dalam
hidup seseorang?
Cinta yang terkhianati
Rasa takut kehilangan seseorang yang sangat dicintai akan membuatnya
merasakan sakit ketika menerima kenyataan pahit bahwa orang yang
dicintainya itu ternyata telah meninggalkannya atau melukai hatinya.
Tentu saja cinta akan semakin menyakitkan bila bernilai posesif, rasa
kepemilikan yang sangat tinggi, sehingga sulit berbagi rasa dengan yang
lain.
Pada prinsipnya manusia akan merasa kesulitan mengalami kehilangan.
Rasa sakit kehilangan sesuatu lebih kuat dibandingkan saat mendapatkan
sesuatu.
Cinta bertepuk sebelah tangan
Saat mengetahui ternyata sang pujaan hati tidak bisa membalas rasa
cinta atau tidak mau menjalin hubungan lebih dari sekadar
pertemanan,biasanya kalimat yang akan terungkap ketika curhat kepada
sahabat adalah “aku ditolak”.
Mengapa penolakan cinta begitu terasa menyakitkan? Para peneliti di
University of Amsterdam menemukan bahwa penolakan terkait dengan respon
sistem saraf parasimpatetik. Saat tubuh aktif, seperti halnya seseorang
yang hendak berkelahi maka sistem simpatetik akan bersiap, detak jantung
menguat, pupil mata membesar, dan energi menjadi tinggi. Sistem
parasimpatetik tersebut bertanggung jawab terhadap tubuh saat
beristirahat.
Ketika cinta ditolak, para ahli mengatakan, seseorang akan merasakan
seolah tidak disukai, kemudian berujung pada detak jantung melambann,
begitu pula aktivitas sistem saraf parasimpatetik. Intinya, ditolak atau
diputus cinta menghasilkan respon fisik dan psikologis. Tak heran, saat
seseorang mengalami penolakan, maka ia akan merasakan seolah “copot”
atau “patah”, hal itu disebabkan karena detak jantung yang mendadak
melamban tadi.
Mencintai seseorang yang telah menjadi milik orang lain
Ketika kita mencintai seseorang, harapan untuk memilikinya tentu
teramat besar. Inilah penyebab utama mengapa banyak orang merasa
tersakiti oleh cinta. Ketika menerima kenyataan bahwa orang yang kita
cintai telah menjadi milik orang lain. Harapan untuk bersatu pun menjadi
kandas. Mencintai dan dicintai oleh seseorang yang telah menjadi milik
orang lain, akan terjebak dalam pusaran ‘cinta terlarang’. Sebenarnya
apa yang mereka rasakan bukanlah sebuah cinta, melainkan sebuah hasrat.
Hasrat untuk memiliki, hasrat untuk melindungi, dan hasrat untuk
menjaga, hasrat untuk bisa terus bersama meskipun tembok tinggi
menghalangi keduanya. Hasrat itu bukanlah cinta.
Hubungan Cinta yang kandas di tengah jalan
Hubungan cinta yang terjalin suatu saat akan menemukan titik jenuh. Hal tersebut terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh
Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan
hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurut penelitinya sebuah
hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor
bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan
rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang
tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun,
cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang
murni lagi.
Rasa tergila-gila yang muncul di awal jatuh cinta disebabkan oleh
aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon
dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat
seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika
kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
Bagaimana reaksi kita ketika menerima kenyataan orang yang kita
cintai tidak merasa nyaman berada di samping kita? Mungkin dia tidak
begitu saja meninggalkan kita, namun dengan sikap dan perilakunya yang
menunjukan rasa jenuh menyebabkan hati terluka. Ketika dia akhirnya
hubungan itu kandas, hal itu akan sangat menyakitkan.
Cinta seorang manusia kepada manusia yang lain semata-mata karena
cintanya terhadap orang tersebut, tentu akan banyak menimbulkan
persoalan serius, seperti kekecewaan, amarah, penyesalan bahkan sakit
hati. Sebab cinta manusia hanya bersifat sementara. Cinta yang muncul
karena dorongan material dan hawa nafsu. Kedua hal inilah yang sering
membuat manusia lalai dan terjebak dalam kenikmatan duniawi.
its Abach :just love my children forever