Apa sich Takdir itu ?
" Koq, kamu gak naik kelas sich ?" Mungkin sudah suratan takdir aku untuk tinggal kelas.
" Loe putus lagi sama cewe yang kemarin ? Kok bisa ? " udah takdir gue gak menjadi pendampingnya.
" Hidup itu sama sekali gak adil, gue udah kerja keras sampai banting tulang tapi masih aja miskin. Apa ini takdir hidup gue ?"
Pernyataan di atas seringkali berlalu lalang di telinga gue dan entah masih berapa banyak lagi pernyataan yang ujung-ujungnya selalu menyalahkan takdir. Si takdir seolah menjadi penyebab dan merupakan 'kata ajaib' atau tepatnya kambing hitam yang selalu terucap apabila manusia kurang beruntung.
Bahkan bagi manusia yang pernah merasakan era '90 an, ada satu lagu yang mengusik tentang takdir dan kalo gak salah liriknya seperti ini, "Takdir memang kejam, tak dapatkah kau rasakan..." Pokoknya lagu tersebut pernah menjadi trend ketika orang sedang sial, putus cinta, gak dapat kerjaan, bangkrut dan lain-lain pasti dengan lantang akan bernyanyi, "Takdir memang kejam, tak dapatkah kau rasakan..." dengan penuh penghayatan bahkan ada yang sampai nangis termehek-mehek sampai berguling-guling ria di jalanan. Ini sebenarnya sedang sedih apa sudah mulai gila sich ?
Sangat tidakmungkin kan, kalau kita bisa booking mau lahir dari seorang rahim ibu seperti pesan online tiket nonton, "Tuhan yang maha pengasih, biarkan gue memesan satu rahim! Tidak usah muluk-muluk, biarkan saya menjadi penerus kekayaan dari keluarga Hilton dan kalau bisa terlahir dari rahim Paris Hilton. Kalau tidak boleh, bisakah saya menjadi anak dari Victoria Beckham biar kehidupan saya di dunia tidak terlalu susah."
Seandainya bisa booking tempat seperti itu, sudah pasti tidak ada lagi anak yang memilih lahir dari rahim orang susah. Bahkan lebih baik menunggu lahir di dunia dalam keadaan kaya daripada harus lahir sekarang.
" Loe putus lagi sama cewe yang kemarin ? Kok bisa ? " udah takdir gue gak menjadi pendampingnya.
" Hidup itu sama sekali gak adil, gue udah kerja keras sampai banting tulang tapi masih aja miskin. Apa ini takdir hidup gue ?"
Pernyataan di atas seringkali berlalu lalang di telinga gue dan entah masih berapa banyak lagi pernyataan yang ujung-ujungnya selalu menyalahkan takdir. Si takdir seolah menjadi penyebab dan merupakan 'kata ajaib' atau tepatnya kambing hitam yang selalu terucap apabila manusia kurang beruntung.
Bahkan bagi manusia yang pernah merasakan era '90 an, ada satu lagu yang mengusik tentang takdir dan kalo gak salah liriknya seperti ini, "Takdir memang kejam, tak dapatkah kau rasakan..." Pokoknya lagu tersebut pernah menjadi trend ketika orang sedang sial, putus cinta, gak dapat kerjaan, bangkrut dan lain-lain pasti dengan lantang akan bernyanyi, "Takdir memang kejam, tak dapatkah kau rasakan..." dengan penuh penghayatan bahkan ada yang sampai nangis termehek-mehek sampai berguling-guling ria di jalanan. Ini sebenarnya sedang sedih apa sudah mulai gila sich ?
Pengertian takdir itu ?
Kalo bagi gue, takdir itu hanya terjadi ketika kita lahir ke dunia. Karena hanya ketika lahir saja, manusia tidak memiliki kemampuan untuk menentukan mau lahir dari rahim siapa, dalam keadaan apa, siang apa malam. Ini sepenuhnya adalah tugas sang pencipta menentukan bagaimana kita lahir ke tengah dunia. Dan kita SAMA SEKALI TIDAK BISA MERUBAH KENYATAAN itu.Sangat tidakmungkin kan, kalau kita bisa booking mau lahir dari seorang rahim ibu seperti pesan online tiket nonton, "Tuhan yang maha pengasih, biarkan gue memesan satu rahim! Tidak usah muluk-muluk, biarkan saya menjadi penerus kekayaan dari keluarga Hilton dan kalau bisa terlahir dari rahim Paris Hilton. Kalau tidak boleh, bisakah saya menjadi anak dari Victoria Beckham biar kehidupan saya di dunia tidak terlalu susah."
Seandainya bisa booking tempat seperti itu, sudah pasti tidak ada lagi anak yang memilih lahir dari rahim orang susah. Bahkan lebih baik menunggu lahir di dunia dalam keadaan kaya daripada harus lahir sekarang.
Manusia sendiri dapat dikategorikan menjadi 3 golongan yang sama persis dengan takdir sebuah kloset :
- Menempati seluruh tempat mewah di dunia, seperti di hotel bintang lima, mall-mal, tempat elite
- Bersih dan wangi serta tidak pernah berkutat dengan kuman.
- Fasilitas lengkap dan perawatan yang mewah sehingga tidak pernah kotor
- Selalu dalam lingkungan yang ber-ac
Ada satu ungkapan yang sangat tepat untuk keadaan ini, " Jauh lebih enak terlahir sebagai anak kaya raya daripada menjadi perintis kekayaan tersebut." Pasti lebih enak menjadi anak Beckham karena sudah terlahir dengan lingkungan glamour daripada menjadi Beckham itu sendiri yang harus mengalami suka duka dalam kariernya.
Ciri-ciri dari golongan menengah :
- Terdapat di sebagian besar rumah penduduk.
- Seringkali tidak terawat tetapi masih digunakan hingga saat ini
- Lebih sering bau daripada wangi
- Fasilitas tidak terjamin, tergantung belas kasihan manusia untuk merawatnya.
Golongan ini mengisi 50 % populasi dunia. Lahir bukan dari anak orang kaya sehingga tidak memiliki fasilitas eksklusive tetapi masih dapat bertahan hidup hingga saat ini dan yang pasti harus bekerja untuk menyambung hidup.Dibilang cukup tapi masih ada kurang, dibilang kurang tetapi selalu ada saja rejeki.
Orang yang terlahir dari kaum menengah selalu mempunyai kesempatan lebih baik untuk memperbaiki nasibnya sendiri. Mereka memang masih hidup dengan keterbatasan tetapi dari keterbatasan ini, mereka dapat berusaha mengakali agar hidup lebih baik di kemudian hari.
3. Kloset 'Gak Banget'
Ciri-ciri kloset golongan 'Gak Banget' :
- Bersih itu bagaikan mendapatkan air di padang pasir, Susah untuk diharapkan walau mungkin terjadi.
- Sering tidak diperhatikan dan tidak dirawat para pengguna
- Selalu diinjak-injak kaki orang.
- Seringkali sudah tidak layak pakai dan pecah di beberapa sisi
Golongan ini mengisi 40 % populasi dunia. Kelompok terakhir ini memang menyedihkan tetapi kehadirannya tetap dibutuhkan oleh manusia. Terlahir dengan keadaan yang sama sekali tidak mengenakan dan memiliki kekurangan dimana-mana tetapi banyak yang bisa bertahan sampai dengan saat ini bahkan tidak sedikit pula yang bisa keluar dari kemiskinannya dan menjadi orang sukses.
Serupa tapi Tidak Sama
Meskipun gue berfikir ada kesamaan antara kloset dengan manusia, tetapi ada satu hal yang membedakannya, yaitu manusia memiliki kemampuan dan kesempatan untuk mengubah takdir yang ditentukan untuk dia ketika lahir. Sedangkan kloset sama sekali tidak memiliki cara untuk merubah takdirnya.Tetapi fakta yang cukup menyedihkan adalah banyak manusia yang tidak menyadari hal itu. Mereka lebih sering mengeluh dan menyalahkan keadaan daripada merubah nasibnya sendiri. Bahkan banyak dari mereka yang lebih memilih jalan pintas dengan menggunakan dukun untuk menjadi kaya ataupun memilih untuk bunuh diri ketika masalah datang terus menerus.
Hampir sebagian besar masalah datang karena manusia itu sendiri yang mencarinya
Gak percaya? Berikut beberapa kesalahan manusia- Ketika disuruh bersekolah, dia memilih untuk malas-malasan bahkan ada yang lebih deman bolos dan tawuran daripada menuntut ilmu yang benar yang berguna untuk masa depannya.
- Ketika disuruh bekerja agar mengerti cara mengolah bisnis yang benar, mereka menganggap itu sebuah keterpaksaan dan hanya rutinitas yang membosankan sehingga tidak memiliki jalan untuk menjadi pengusaha dan kembali menyalahkan takdir karena mereka hidup pas-pas an
- Ketika sudah memiliki keluarga yang harmonis, malah mencoba untuk mencari pasangan lain karena menganggap pasangan mereka sudah tidak mengerti mereka, padahal mereka sudah bersama hingga puluhan tahun.Keluarga hancur ? Salah takdir kah ?
Tentukan sendiri jalan nasib mu |
Mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari, apabila setiap hari kita berkarya dan melakukan apapun itu, garis tangan kita tidak pernah sama dari waktu terakhir kita melihatnya.
Orang yang selalu menyalahkan orang lain dan menganggap semua kesialan adalah hal yang pantas untuk dirinya dapat dikategorikan golongan terakhir kloset yaitu golongan gagal produksi. Yup! mereka memiliki kesempatan tetapi mereka tidak menggunakannya dan hanya mengeluh sehingga lebih cocok untuk disimpan di gudang atau lebih baik dihancurkan saja karena tidak dapat digunakan.
Sebagai penutup, gue pernah mendengar satu kalimat indah yang pernah diucapkan oleh manusia :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar