Seperti kita pahami bahwa di bulan Ramadhan, kita disunnahkan melaksanakan shalat Tarawih pada malam hari. Jumlah rakaat shalat Tarawih ada empat pendapat, yaitu 8 (delapan), 10 (sepuluh), 20 (dua puluh) dan 36 (tiga puluh enam). Para muballigh kita memang jarang menceritakan shalat Tarawih dengan 10 atau 36 rakaat. Adapun bilangan shalat witirnya sama, yaitu 3 (tiga) rakaat. Semuanya baik, jadi tidak perlu saling menyalahkan. Yang lebih perlu diperhatikan adalah yang tidak melaksanakan shalat Tarawih. Di posting ini, penulis menekankan pada hal yang berhubungan dengan introspeksi diri, yaitu perasaan bahwa shalat Tarawih semakin hari semakin berat. Sebagai pendahuluan, mari kita perhatikan pertanyaan dan pernyataan yang sering kita dengar tentang shalat Tarawih. Pertanyaan yang diajukan adalah, “Mengapa kian hari, shaf shalat Tarawih di masjid kian maju? Bukankah itu berarti bahwa yang melaksanakannya kian sedikit?” Biasanya jawaban pertanyaan tersebut adalah, “Karena orang lebih sibuk belanja untuk keperluan lebaran. Dengan begitu, pusat perbelanjaan, super market, mall dan plasa penuh, sedangkan isi masjid berkurang.” Menurut penulis, jawaban ini tidak sepenuhnya benar, namun juga tidak keliru. Jawaban kedua yang disampaikan oleh para ustadz lebih diplomatis, “Ibarat lomba, maka kian hari kian berkurang pesertanya. Itu wajar. Siapa bertahan sampai garis akhir, dialah pemenangnya.” Sekarang mari kita jawab pertanyaan di atas dengan lebih lengkap. Mengapa barisan shalat Tarawih di masjid kian berkurang? Para pelajar dan mahasiswa biasanya libur di awal puasa. Setelah itu masuk seperti biasa. Bagi pelajar yang ikut kursus sore hari dan mahasiswa yang mengambil kuliah sore, tentu tidak bisa mengikuti shalat Tarawih di masjid karena harus kursus atau kuliah.Pegawai pabrik bagian produksi umumnya bergantian shift. Giliran kerja shift sore (shift II) yaitu pukul 14.00–22.00 atau 15.00–23.00. Bahkan ada juga yang long shift, yaitu pukul 19.00–07.00. Sedangkan di restoran, mall atau plasa, shift sore lazimnya pukul 13.00–22.00. Dengannya, mereka tidak akan bisa ke masjid ketika kewajiban ini memanggil.Beberapa sekolah, kampus dan organisasi kepemudaan mengadakan Pesantren Kilat selama beberapa hari di bulan Ramadhan. Ini artinya para peserta, panitia dan pembina akan shalat Tarawih di tempat kegiatan.Sebagian perusahaan atau instansi mengadakan buka puasa bersama, rata-rata hanya sekali selama puasa. Setelah itu mereka juga shalat Isya’ dan Tarawih berjamaah. Bukankah kegiatan ini tetap mengurangi barisan shaf di masjid?Perempuan yang sudah baligh tentunya ada masa libur dalam sebulan dari beberapa macam aktivitas ibadah, salah satunya adalah shalat. Mendekati hari raya, pusat perbelanjaan memang lebih banyak dikunjungi orang, terutama umat Islam. Mengapa? Berdasarkan Peraturan Pemerintah, THR (Tunjangan Hari Raya) minimal dibagikan seminggu sebelum lebaran. Misalnya hari raya jatuh pada hari Selasa. Itu berarti, THR minimal dibagikan hari Selasa sebelumnya. Para pegawai tentunya tidak bisa shopping di siang hari karena harus bekerja. Kalau dipilih hari Sabtu atau Minggu, tentu sudah sangat dekat dengan lebaran, apalagi mereka harus mudik ke kampung halaman. Inilah yang menyebabkan sebagian dari kita berbelanja di sore hari, yang berarti meninggalkan shalat Tarawih di masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar