Laman

Minggu, 06 Desember 2009

PERANAN AGAMA DALAM TERAPI PENYAKIT JIWA


by Hadi Komara P

PENDAHULUAN
Dalam Undang-undang no 23 tahun 1992 dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara social dan ekonomi. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan secara klinis benar benar tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 hal yakni pikiran, emosional dan spiritual. Pikiran yang sehat terlihat dari cara pikir seseorang yang logis, emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosionalnya missal, takut sedih atau gembira, spiritual yang baik terlihat dari praktek keagamaan seseorang, yakni kita bisa melaksanakan apa yang diajarkan dan menjauhi berbagai larangan. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi seseorang atau kelompok lain tanpa melihat SARA, atau bisa terlihat dari sikap saling toleransi dan menghargai. Dengan kondisi sehat badan, jiwa dan social akan menumbuhkan terhadap sehat secara ekonomi, yakni terlihat dari produktivitas seseorang, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidupnya atau keluarganya secara financial. Dengan demikian tingkat kesehatan masyarakat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas suatu bangsa.
Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) pada Puncak Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) Tahun 2008 di halaman kantor Walikota Bogor, 20-10-2008.. Hadir dalam acara ini para Pejabat di lingkungan Depkes, Depdagri, Depsos, Depdiknas, Depag, Perwakilan WHO Indonesia, dan LSM. menegaskan bahwa masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi oleh sektor kesehatan saja. Mutu SDM tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian gizi seimbang namun juga perlu memperhatikan 3 aspek dasar yaitu fisik/jasmani (organo biologis), mental-emosional/jiwa (psikoedukatif), dan sosial-budaya/lingkungan (sosiokultural).
Dalam kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan 5 pesan mengenai kesehatan jiwa Indonesia, yaitu :
1. Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan; tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa.
2. Status kesehatan jiwa individu sangat menentukan kualitas hidup, karena status kesehatan jiwa yang buruk akan menurunkan indeks pembangunan manusia Indonesia.
3. Kesehatan jiwa harus terintegrasi ke dalam semua aspek kesehatan, kebijakan publik, perencanaan sistem kesehatan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
4. Penanggulangan masalah kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyrakat, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat serta penderita dan keluarganya.
5. Setiap warga negara harus memelihara kesehatan jiwa dan raganya agar dapat hidup dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Atas dasar definisi Kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Dari unsur "badan" (organobiologik), "jiwa" (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dan "kesejahteraan" dan “produktivitas sosial ekonomi”.
Dan definisi tersebut juga tersirat bahwa "Kesehatan Jiwa" merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari "Kesehatan" dan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan "Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
"Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain". Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan- memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Masalah jiwa, tentu saja masalah kerohanian atau nyawa dalam tubuh manusia. Jiwa adalah energi mental yang memiliki kekuatan untuk dapat memotivasi terjadinya proses perilaku yang menjadi bentukan aktivitas yang dilakukan sehari-hari . Tanpa jiwa, tentu manusia bukan apa-apa dan tidak disebut sebagai manusia. Karena itu mungkin jiwa adalah bagian dari manusia yang penting.
Pemahaman manusia tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa dari waktu ke waktu terus berkembang. Oleh karena itu, upaya penyembuhannya pun akan mengikuti perkembangan etiologinya. Pada abad ke-15 gangguan jiwa masuk dalam era demonologis yang menganggap gangguan jiwa adalah akibat guna-guna atau gangguan setan/roh jahat. Pada masa itu upaya penyembuhan dilakukan dengan mengusahakan agar setan-setan yang mengganggu manusia meninggalkan tubuh pasien, antara lain dengan dibacakan mantera, mengeluarkan darah dari tubuh pasien bahkan melubangi batok kepala (Colp R, 2001; Maramis, 1994).
Sampai dengan pertengahan abad 20 persepsi para tokoh atau ahli kesehatan pada umumnya memandang agama sebagai sisi negatif terhadap kesehatan jiwa. Maklumlah para pakar kesehatan jiwa pada waktu itu sebagian besar beraliran atheis, seperti Sigmund Freud, Albert Ellis dll. Pandangan mereka terhadap agama tercermin dalam beberapa pernyataan mereka antara lain menurut Sigmund Freud: ”A religious man is: an infantile helplessness, a regression to primary narcissism, a borderline psychosis, a primitive infantile state dan a universal obsessional neurotic. Sementara itu, menurut Albert Ellis, pemikiran orang beragama dianggap sebagai: irrational thinking and emotional disturbance (Larson, 2000).
Pada pertengahan abad ke-20 perkembangan bergeser kepada era fisikalistik, yang menganggap bahwa semua sebab penyakit adalah akibat dari ketidakseimbangan fisik-biologik, dan parameter kesakitan sudah barang tentu disandarkan pada parameter somatik dari pasien (Notosoedirdjo, 1999). Dengan demikian, upaya penyembuhan gangguan jiwa difokuskan dengan cara fisik-biologik pula. Pada fase ini perkembangan psikofarmakologi maju pesat sampai saat ini, di samping terapi kejang listrik (ECT). Namun demikian, perkembangan pesat di bidang psikofarmakologik dan terapi fisik lainnya tidak dapat menyembuhkan semua diagnosis gangguan jiwa. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk meningkatkan hasil terapi gangguan jiwa terus dilakukan penyempurnaannya.
Mengingat bahwa hanya dengan mengandalkan aspek fisik-biologik saja banyak fenomena psikiatrik yang tidak dapat dijelaskan, maka Karen Horney mengajukan konsep holistik, yaitu terapi yang menyeluruh dalam penyembuhan gangguan jiwa. Jadi, selain memberikan terapi fisik-biologik, juga diberikan terapi psikologik dan terapi sosial. Pada era ini berkembang berbagai jenis psikoterapi, seperti psikoanalisis oleh Sigmund Freud, Existensial humanistik oleh Abraham Maslow, Client Centered oleh Carl Rogers, Terapi Gestalt oleh Fritz Perls, Analisis Transaksional oleh Eric Berne, Terapi Tingkah laku oleh Wolpe dan BF Skinner, Terapi Rasional Emotif oleh Albert Ellis, serta Terapi Realitas oleh Williams Glaser.(Corey, 1999., Maramis, 1994). Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat ini ternyata masih belum mampu diselesaikan berbagai masalah kesehatan jiwa baik ditinjau dari faktor etiologi maupun faktor terapinya.
Oleh karena itu, upaya untuk menyempurnakan penyelesaian masalah gangguan jiwa terus dilakukan, sehingga pada awal tahun 1980-an peran budaya, spiritual dan keagamaan mulai mendapat perhatian. Sejak tahun 1994 secara resmi WHO memasukkan aspek spiritual sebagai salah satu komponen dalam upaya memperoleh sehat jiwa, dan sejak itu konsep holistik dilengkapi menjadi: bio-psiko-sosio-spiritual (Hawari, 2005). Trujillo (2001) dan Kiresuk (2001) ketika membahas Cultural Psychiatry dalam Comprehensive Textbook of Psychiatry menyatakan bahwa faktor spiritualitas yang berpengaruh terhadap kesehatan jiwa meliputi pelbagai aspek, termasuk di dalamnya adalah aspek keagamaan. Juga dikatakan bahwa modalitas agama dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keefektifan terapi personal nonspesifik terhadap pasien dengan gangguan jiwa.
Agama sangat penting dalam mengatasi masalah gangguan kejiwaan manusia karena dengan agama manusia dibimbing dalam kehidupannya. Masalah gangguan jiwa adalah akibat ketidakmapanan seseorang dalam berpersepsi dan mengeksistensikan dirinya dalam kehidupan ini. Dengan agama orang akan ber-positIve thinking, self control & self esteem yang baik, memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, sehingga daya tahan mentalnya menjadi lebih baik.
Mengingat bahwa peran agama dalam peningkatan kesehatan jiwa sangat penting tetapi sampai sekarang masih termarjinalkan keberadaanyannya, maka dalam kesempatan ini penulis membahas “Peranan agama dalam terapi kejiwaan”. Oleh karena bagaimanapun peranan agama bagi kehidupan tidak bisa dipisahkan secara fitrah kemanusian.




MASALAH GANGGUAN JIWA
Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu.
Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive terhadap stresor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu.
Oleh karena itu Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (www.dinkes-dki.go.id.htm).
Kesehatan jiwa meliputi:
1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri
2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari-hari
Gejala Gangguan Jiwa (Maramis, 1995) :
1. Gangguan kesadaran
a. Penurunan kesadaran
(1) Apati
Mengantuk dan acuh-tak-acuh terhadap rangsang yang masuk; diperlukannya rangsang yang sedikit lebih keras dai biasanya untuk menarik perhatiannya.
(2) Somnolensi
Jelas sudah lebih mengantuk dan rangsang yang lebih keras lagi diperlukan untuk menarik perhatiannya.
(3) Sopor
Hanya berespon dengan rangsang yang keras; ingatan, orientasi, dan pertimbangan sudah hilang.
(4) Subkoma dan koma
Tidak ada lagi respons terhadap rangsang yang keras; bila sudah dalam sekali, maka reflek pupil (yang sudah melebar) dan reflex muntah hilang lalu timbullah reflex patologik.
b. Kesadaran yang meninggi
Kesadaran yang meninggi adalah keadaan dengan respons yang meninggi terhadap rangsang: suara-suara terdengar lebih keras, warna-warni kelihatan lebih terang: disebabkan oleh berbagai zat yang merangsang otak.
c. Tidur
Gangguan tidur dapat berupa: insomnia, berjalan waktu tidur, mimpi buruk, narkolepsi, kelumpuhan tidur.
d. Hipnosa
Kesadaran yang sengaja diubah (menurun dan menyempit, artinya menerima rangsang hanya dari sumber tertentu saja) melalui sugesti; mirip tidur dan ditandai oleh mudahnya disugesti; setelah itu timbul amnesia.
e. Disosiasi
Adalah sebagian tingkah laku atau kejadian memisahkan dirinya secara psikologik dari kesadaran. Kemudian terjadi amnesia sebagian atau total. Disosiasi dapat berupa: trans, senjakala histerik, fugue, serangan histerik, sindroma ganser, menulis otomatis.
f. Kesadaran yang berubah
Tidak normal, tidak menurun, tidak meninggi, bukan disosiasi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dengan dan pembatasan terhadap dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kwalitatif), seperti pada psikosa fungsional.
g. Gangguan Perhatian
Tidak mampu memusatkan (memfokus) perhatian pada hanya satu hal/keadaan, atau lamanya memusatkan perhatian itu berkurang daya konsentrasi terganggu.
2. Gangguan ingatan
Ingatan berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau registrasi, penahanan atau resistensi, dan pemanggilan kembali atau recall. Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga unsur tersebut.
a. Gangguan ingatan umum
Gangguan ingatan tidak terbatas pada suatu waktu tertentu saja dan dapat meliputi: kejadian yang baru saja terjadi dan kejadian yang sudah lama berselang terjadi.
b. Amnesia
Adalah ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman, mungkin bersifat sebagian atau total, serta retrograd atau anterograd.
c. Paramnesia
Adalah ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali (recall).
d. Hipermnesia
Adalah penahanan dalam ingatan dan pemanggilan kembali (arecall).
3. Gangguan orientasi
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dalam waktu dan ruang terhadap dirinya sendiri dan juga hubungan dirinya sendiri dengan orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadaran dan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang.
4. Gangguan afek dan emosi
Afek adalah nada perasaan, menyenangkan, atau tidak menyenangkan, yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik, lagi pula biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya: ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Bilamana afek dan emosi itu sudah begitu keras, sehingga fungsi individu itu terganggu, maka dikatakan telah terjadi gangguan afek atau emosi yang dapat berupa:
a. Depresi
Depresi dengan komponen psikologik, misalnya: rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis; dan komponen somatik, misalnya: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan nadi menurun sedikit.
b. Kecemasan dan ketakutan
Kecemasan dapat dibedakan kecemasan (tidak jelas cemas terhadap apa) dari ketakutan atau fear (jelas atau tahu takut terhadap apa). Komponen psikologiknya dapat berupa: khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, lekas terkejut, sedangkan komponen jenis somatiknya misalnya: palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, respons kulit terhadap aliran listrik galvanik berkurang, peristaltik bertambah, lekositosis.
Kecemasan dapat berupa:
(1) Kecemasan yang mengambang ( free-floating anxiety); kecemasan yang menyerap dan tidak ada hubungannya dengan suatu pemikiran;
(2) Agitasi: kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat;
(3) Panik: serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebingungan dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.
c. Efori
Rasa riang, gembira, senang, bahagia yang berlebihan; bila tidak sesuai dengan keadaan maka ini menunjukkan adanya gangguan jiwa; jika lebih keras lagi dinamakan elasi dan jika keras sekali dinamakan exaltasi.
d. Anhedonia
Ketidakmampuan merasakan kesenangan, tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan baginya.
e. Kesepian
Merasa dirinya ditinggalkan.
f. Kedangkalan
Kemiskinan afek dan emosi secara umum (berkurang, secara kwantitatif); dapat digambarkan juga sebagai datar, tumpul, atau dingin yang sama maksudnya; istilah-istilah ini tidak menunjukkan gradasi. Umpamanya kedangkalan emosi ialah tidak atau hanya sedikit merasa / kelihatan gembira atau sedih dalam keadaan atau mengenai sesuatu hal yang benar-benar menggembirakan atau menyedihkan.
g. Afek atau emosi tak wajar
Tak wajar atau tak patut dalam situasi tertentu (terganggu secara kwalitatif), umpamanya ketawa terkikih-kikih waktu wawancara. Bila extrim akan menjadi inadequate, yaitu afek dan emosi yang bertentangan dengan keadaan atau isi pikiran dan dengan isi bicara.
h. Afek atau emosi labil
Berubah-ubah secara cepat tanpa pengawasan yang baik, umpamanya tiba-tiba marah-marah atau menangis.
i. Variasi afek atau emosi sepanjang hari
Perubahan afek dan emosi mulai sejak pagi sampai malam hari. Umpanya, pada psikosa manik-depresi maka jenis depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi lebih ringan pada sore hari.
j. Ambivalensi
Emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap seorang, suatu obyek atau suatu hal.
k. Apati
Berkurangnya afek dan emosi terhadap sesuatu atau terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli.
l. Amarah, kemurkaan, dan permusuhan
Sering dinyatakan dalam sifat agresi. Bila ditujukkan kepada pemecahan masalah dan dipakai sebagai pembelaan terhadap suatu serangan yang yata, maka agresi itu konstruktif sifatnya. Agresi itu menjadi: patologik bila tidak realistik, menghancurkan dirinya sendiri, tidak ditujukan kepada pemecahan masalah dan jika merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan.
5. Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa: jadi merupakan efek bersama yang mengenai badan dan jiwa. Gangguan psikomotorik dapat berupa:
a. kelambatan
Secara umum gerakan dan reaksi menjadi lambat.
b. Peningkatan
Aktivitas dan reaksi umum meningkat.
c. Tik (tic)
Gerakan involunter, sekejap serta berkali-kali mengenai sekelompok otot atau bagian badan yang relatif kecil.
d. Bersikap aneh
Dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar, yang aneh atau bizar.
e. Grimas
Mimik yang aneh dan berulang-ulang.
f. Stereotipi
Gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
g. Pelagakan (mannerism)
Pergerakan atau lagak yang stereotip dan teatral (seperti sedang bermain sandiwara).
h. Ekhopraxia
Langsung meniru pergerakan orang lain pada saat dilihatnya; ekholalia: langsung mengulangi atau meniru apa yang dikatakan orang lain.
i. Otomatisma perintah (command automatism)
Menuruti sebuah perintah secara otomatis tanpa memikir dulu.
j. Otomatisma
Berbuat sesuatu secara otomatis sebagai pernyataan (expresi) simbolik aktivitas tak sadar.
k. Negativisme
Menentang nasihat atau permintaan orang lain atau melakukan yang berlawanan dengan itu.
l. Kataplexia
Tonus otot menghilang dengan mendadak dan sejenak, juga timbul kelemahan umum dengan atau tanpa penurunan kesadaran, yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan emosi.
m. Gangguan somatomotorik pada reaksi konversi
Menggambarkan secara simbolik suatu konflik emosional dan dapat berupa:
(1) Kelumpuhan
(2) pergerakan yang abnormal, umpamanya tremor, tik, kejang-kejang atau ataxia
(3) astasia-abasia: tidak dapat duduk, berdiri dan berjalan.
n. Verbigerasi
Berkali-kali mengucapkan sebuah kata yang sama.
o. Berjalan
Tidak tegap, kaku (rigid)atau lambat
p. Gangguan motorik
Yang sebenarnya bukan merupakan gangguan psikomotor, yang mungkin sekali disebabkan oleh: pemakaian obat (umpamanya: tremor, hipokinesa, diskinesa, akatisia, karena neroleptika), gangguan ortopedik atau gangguan nerologik.
q. Kompulsi
Suatu dorongan yang mendesak berkali-kali, biarpun tidak disukai, agar berbuat yang bertentangan dengan keinginannya sehari-hari atau dengan kebiasaan serta norma-norma.
r. Gagap
Berbicara dengan terhenti-henti karena spasme otot-otot untuk bicara, mulai dari berbicara sangat ragu-ragu sampai dengan berbicara explosif.
6. Gangguan proses berpikir
Proses berpikir meliputi proses pertimbangan (judgment), pemahaman (comprehension), ingatan, serta penalaran.
a. Gangguan bentuk pikiran:
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah kepada tujuan.
(1) Dereisme
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.
(2) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dai dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.
(3) Bentuk pikir yang non-realistik
Bentuk piker yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal.
b. Gangguan arus pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran, yang timbul dalam berbagai jenis:
(1) Perseverasi
Berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara berlebihan.
(2) Asosiasi longgar
Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain.
(3) Inkoherensi
Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar ditangkap atau diikuti maksudnya.
(4) Kecepatan bicara
Untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.
(5) Benturan (blocking)
Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti ditengah sebuah kalimat.
(6) Logorea
Banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin koheren ataupun incoherent.
(7) Pikiran melayang (flight of ideas)
Perubahan yang mendadak lagi cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain.
(8) Asosiasi bunyi (lang association)
Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar.
(9) Neologisme
Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum.
(10) Irelevansi
Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
(11) Pikiran berputar-putar
Menuju secara tidak langsung kepada idea pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remah yang menjemukan dan yang tidak relevan.
(12) Main-main dengan kata-kata
Membuat sajak secara tidak wajar.
(13) Afasi
Mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar berbicara


PERANAN AGAMA BAGI MANUSIA
Orang yang mengaku beragama dan konsekuen terhadap pengakuannya memiliki keterikatan pikiran dan emosi dengan keyakinan atau agama beserta aturan-aturan/syariat yang ada di dalamnya. Terdapat tiga ranah utama yang dapat diamati pada orang beragama menurut pandangan Islam, yaitu: Iman, Islam, dan Pengamalan agama yang benar dalam kehidupan sehari-hari atau Ikhsan (Hawari, 2002). Sementara itu, Lubis (2002) menjelaskan bahwa orang yang beriman akan cenderung berperilaku lebih baik karena apa yang mereka kerjakan didasari oleh kerelaan, mempunyai makna demi kemuliaan Tuhan. Selanjutnya, Lubis menyatakan bahwa agama mempunyai makna yang penting bagi manusia karena iman dapat berfungsi sebagai penghibur di kala duka, menjadi sumber kekuatan batin pada saat menghadapi kesulitan, pemicu semangat dan harapan berkat doa yang dipanjatkan, pemberi sarana aman karena merasa selalu berada dalam lindungan-Nya, penghalau rasa takut karena merasa selalu dalam pengawasan-Nya, tegar dalam menghadapi masalah karena selalu ada petunjuk melalui firman-firman-Nya, menjaga kemuliaan moral dan berperilaku baik terhadap lingkungan sebagaimana dicontohkan para rasul-Nya.
Unsur utama dalam beragama adalah iman atau percaya kepada keberadaan Tuhan dengan sifat-sifatnya, antara lain: Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pemberi, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Suci, serta nilai-nilai lebih/Maha yang lainnya. Oleh karena itu, orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, diharapkan akan timbul rasa tenang dan aman, yang merupakan salah satu ciri sehat mental.
Terkait dengan manfaat kesehatan mental dari religiusitas, Abernethy sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007) mengusulkan ada beberapa mekanisme keagamaan untuk mempengaruhi kesehatan antara lain: 1. mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat, 2. memperbaiki persepsi ke arah positif, 3. memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, 4. mengembangkan emosi positif, 5. mendorong kepada kondisi yang lebih sehat. Menurut Culliford sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007), orang dengan komitmen agama yang tinggi akan meningkatkan kualitas ketahanan mentalnya karena memiliki self control, self esteem & confidence yang tinggi. Juga mereka mampu mempercepat penyembuhan ketika sakit karena mereka mampu meningkatkan potensi diri serta mampu bersikap tabah dan ikhlas dalam menghadapi musibah.
Dervic sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007) mendapatkan bukti dalam penelitiannya, bahwa mereka yang memiliki skor religiusitas tinggi ternyata menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi, dan sebaliknya skor agresivitas dan impulsivitasnya rendah.
Umumnya para penganut agama akan melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan sosial lainnya secara bersama-sama. Dan kegiatan bersama seperti ini dilakukan secara berulang-ulang, sehingga dapat menimbulkan rasa kebersamaan dan meningkatkan solidaritas antar jamaah. Oleh karena itu, Abernethy mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen agama yang tinggi akan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi pula, sedangkan Dervic menyatakan bahwa orang dengan komitmen agama yang tinggi dapat diharapkan memiliki moralitas yang terpuji pula. Penelitian Kendler sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007) mendapatkan pada orang-orang yang komitmen agamanya tinggi ketaatan terhadap norma sosialnya tinggi pula. Juga terdapat korelasi negatif yang signifikan antara skor religiusitas dan skor perilaku antisosial. Menurut Culliford, orang yang tingkat religiusitasnya tinggi kualitas hidupnya diharapkan juga tinggi. Hal ini tercermin pada hubungan sosial dengan masyarakat yang baik, keberadaannya dapat diterima baik oleh masyarakat di sekitarnya. Dervic mendapatkan bukti dalam penelitiannya bahwa orang dengan skor religiusitas tinggi, pada umumnya dapat membina keharmonisan keluarga, dan pada umumnya dapat membina hubungan yang baik di antara keluarga.
Terdapat pertanyaan yang cukup mendasar tentang peran keagamaan terhadap perubahan fisik–biologik, sebagaimana dituntut oleh para pakar yang berorientasi fisikalistik. Namun, akhir-akhir ini telah banyak penelitian yang dapat mengungkap masalah ini. Temuan Emoto sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007) yang mendapatkan bukti bahwa dengan perkataan yang baik dan halus sebagaimana perkataan orang yang sedang berdoa dapat mengubah partikel air menjadi kristal heksagonal yang indah, dan selanjutnya bermanfaat dalam upaya kesehatan secara umum. Sebaliknya, dengan perkataan yang kasar seperti hinaan atau cemoohan akan menyebabkan kristal-kristal air menjadi buruk.
Dari informasi ini dapat diperkirakan ada kaitan antara potensi internal manusia dengan kondisi eksternal yang berada di alam semesta. Potensi internal ini diduga berada pada lobus frontalis yang oleh Ramachandran disebut sebagai God spot (Hawari, 2002). Penelitian yang lebih cermat untuk mencari lokasi God spot telah dilakukan oleh Borg melalui pencitraan otak menggunakan PET (Positron Emision Tomography-Radio ligand) untuk mengukur kepadatan reseptor 5HT1A yang diduga berperan dalam pengendalian perilaku manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang memiliki skor religiusitas/spiritualitas yang tinggi ternyata kepadatan reseptor 5HT1A mereka rendah di regio nukleus raphe dorsalis, hippokampus, dan neo¬korteks. Hal ini yang diduga bertanggungjawab atas perilaku tenang pada orang dengan komitmen agama tinggi (Fanani, 2007).
Penelitian dari aspek psikoneuroimunologik yang terkait langsung dengan aktivitas peribadatan dengan kesehatan jiwa pada umumnya menunjukkan adanya korelasi positif. Beberapa hasil penelitian tersebut antara lain: Abernethy sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007) menyatakan bahwa orang-orang dengan skor religiusitas tinggi kadar CD-4 (limfosit T helper) nya tinggi pula. Hal ini menggambarkan tinggi¬nya daya tahan imunologiknya yang bagus.
Penelitian yang mencari kaitan antara sholat tahajud dengan kesehatan telah dilakukan oleh Sholeh (2000), dan mendapatkan: bahwa mereka yang melaksanakan sholat tahajud secara rutin, setelah 4 minggu akan menunjukkan peningkatan kadar limfosit dan kadar imunoglobulin, dan terus meningkat sampai minggu ke delapan. Meningkatnya kadar limfosit dan imunoglobulin meng¬gambarkan makin tingginya daya tahan tubuh secara imunologik.
Pengaruh puasa Ramadhan terhadap kesehatan telah diteliti pula oleh Zainullah (2005), dengan sampel para santri suatu pondok pesantren. Penelitian dilakukan 3 minggu sebelum Ramadhan sampai dengan puasa hari ke-26. Penilaian terhadap substansi imunologik diambil pada hari -21 sebagai kontrol (tidak puasa), hari +5, +16 dan +26 sebagai kelompok perlakuan. Walau¬pun pada awal puasa hari +5 sebagian menunjukkan adanya stres, yang tergambar dengan meningkatnya kadar kortisol, setelah hari +16 dan +26 seluruh kelompok sudah menunjukkan respons imunologik yang sama yaitu ditandai dengan meningkatnya kadar limfosit, yang dapat diartikan meningkatnya daya tahan imunologik.
Sementara itu, Qalaji telah berhasil memperkuat keyakinan atas kebenaran salah satu ayat al Quran yaitu QS Al Isra’ (17) ayat 82, yang artinya:
”Dan telah aku turunkan (Al Quran) yang di dalamnya terdapat obat dan rahmat bagi orang mukmin”.
Melalui penelitiannya dengan menggunakan peralatan elektromedik secara komputerisasi. Bahwasanya orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran, baik mereka yang paham maupun yang tidak paham bahasa Arab akan mengalami penurunan intensitas tegangan otot mereka. Lebih nyata secara bermakna bila dibandingkan dengan bila mendengarkan bacaan nonquraniyah dengan cara yang sama, sedangkan tegangan otot dikendalikan oleh susunan syaraf pusat. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: Hanya dengan mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran yang dibacakan sudah dapat menyebabkan timbulnya ketenangan hati (Albar, 1992).
Bukti yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat pada umumnya adalah manfaat langsung aktivitas keagamaan terhadap kesehatan. Telah dilaporkan beberapa hasil penelitian klinis, baik secara umum, maupun secara khusus untuk penyakit tertentu, antara lain seperti tersebut di bawah ini.
Tentang depresi, terdapat bukti bahwa terdapat korelasi negatif antara tingkat religiusitas dengan skor depresi (Dervic dkk., 2003, Kendler dkk., 2003, Kiresuk & Trachtenberg, 2001, Van Ness, 2002) sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007).
Terhadap kesehatan kardiovaskuler, ada beberapa pendapat dan hasil penelitian, antara lain Larson (2000), yang mendapatkan bukti bahwa pasien dengan komitmen agama tinggi yang menga¬lami transplantasi jantung dalam pengamatan selama satu tahun menun¬juk¬kan survival rate nya lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak ada komitmen agama. Fathoni (2006) mendapatkan bukti bahwa orang dengan komitmen agama tinggi kadar CRP (C Reactive Protein) rendah sehingga berperan terhadap pence¬gahan terjadinya serangan penyakit jantung koroner. Juga rendahnya CRP dan IL-6 dapat dipakai sebagai prediktor baiknya prognosis pasien infark miokard (Fanani, 2007).
Peran doa terhadap penyembuhan pascaoperasi BPH (Benign Prostat Hyperttrophy) telah diteliti oleh (Akbar, 2006), yang mendapatkan bukti bahwa peningkatan pemahaman agama dan doa dapat membantu menekan intensitas depresi pada pasien. Demikian pula Jalaluddin (2006) mendapatkan pasien BPH yang mendapatkan ceramah agama dan bimbingan doa menunjukkan skor ansietas yang secara sigifikan lebih rendah dibanding dengan mereka yang tidak mendapatkan bimbingan keagamaan, sehingga mereka menyarankan perlunya peran bantuan rohaniwan dalam mempersiapkan pasien dengan BPH yang menghadapi operasi.
Kaitan tindakan bunuh diri, telah diteliti oleh Van Ness (2002), ternyata terdapat korelasi negatif antara komitmen agama dengan tindakan bunuh diri. Temuan tersebut senada dengan Puchalski (2001) sebagaimana dikutip oleh Fanani (2007) yang menyarankan menggunakan terapi spiritual termasuk religi untuk menekan perilaku bunuh diri.
Penelitian keefektifan terapi ruqyah telah diteliti oleh Ambarwati (2006), yang ternyata bagi pasien dengan diagnosis pelbagai jenis Skizofrenia, Retardasi Mental tidak memberikan respons bermakna. Demikian pula penelitian Fanani (2006) bahwa mereka yang dikirim oleh para terapis ruqyah kepada penulis (resisten terhadap terapi ruqyah) ternyata menunjukkan diagnosis Gangguan Skizofrenia, Epilepsi dan Retardasi Mental.
Upaya Pengendalian Jiwa
Manusia bagi Karl Marx disetir oleh perutnya (ekonomi) dan bagi Sigmund Freud oleh libido seksnya alias kemaluannya. Ketika berhijrah di abad ke 7 M, Nabi sudah menyinggung temuan Marx dan Freud. Orang berhijrah itu disetir oleh tiga orientasi: seks, materi dan idealisme atau keimanan (lillah wa rasulihi).
Artinya, manusia itu bisa jadi seharga dorongan perutnya, atau dorongan seksualnya dan dapat menjadi sangat idealis, meninggalkan kedua dorongan jiwa hewani dan nabati itu. Jadi semua perilaku manusia hakekatnya disetir oleh jiwa atau nafsnya. Tapi nafs mempunyai banyak anggota, yang oleh al-Ghazzali disebut tentara hati (junud al-qalbi). Anggota nafs dalam al-Quran di antaranya adalah qalb (hati), ruh (roh), aql (akal) dan iradah (kehendak) dsb. Al-Quran menyebut kata nafs sebanyak 43 kali, 17 kali kata qalb-qulub, 24 kali kata taaqilun (berakal), dan 6 kali kata ruharwah. Itulah, modal manusia untuk hidup di dunia.
Nabi menjelaskan peran qalb dalam hidup manusia. Menurutnya, aspek penentu hakekat manusia adalah segumpal darah (mudghah), yang disebut qalb. Gumpalan itulah yang menjadi penentu kesalehan dan kejahatan jasad manusia (HR. Sahih Bukhari). Karena begitu menentukannya fungsi qalb itulah Allah hanya melihat qalb manusia dan tidak melihat penampilan dan hartanya. (HR. Ahmad ibn Hanbal). Sejatinya, qalb adalah wajah lain dari nafs, maka dari itu qalb atau nafs manusia itu bertingkattingkat.
Para ulama menemukan tujuh tingkatan nafs dari dalam al-Quran: Pertama, nafs al-ammarah bi al-su, atau nafsu pendorong kejahatan. Ini adalah tingkat nafs paling rendah yang melahirkan sifat-sifat seperti takabbur, kerakusan, kecemburuan, nafsu syahwat, ghibah, bakhil dsb. Nafsu ini harus diperangi. Kedua, nafs allawwamah. Ini adalah nafs yang memiliki tingkat kesadaran awal melawan nafs yang pertama. Dengan adanya bisikan dari qalb-nya, nafs menyadari kelemah annya dan kembali kepada kemurniannya. Jika ini berhasil maka ia akan dapat meningkatkan diri kepada tingkat diatasnya.
Tingkat ketiga adalah Nafs al-Mulhamah atau jiwa yang terilhami. Ini adalah tingkat jiwa yang memiliki tindakan dan kehendak yang tinggi. Jiwa ini lebih selektif dalam menyerap prinsip-prinsip. Ketika nafs ini merasa terpuruk kedalam kenistiaan, segera akan terilhami untuk mensucikan amal dan niatnya. Keempat, Nafs al-mutmainnah atau jiwa yang tenang. Jiwa ini telah mantap imannya dan tidak mendorong perilaku buruk. Jiwa yang tenang yang telah menomor duakan nikmat materi.
Kelima, Nafs al-Radhiyah atau jiwa yang ridha. Pada tingkatan ini jiwa telah ikhlas menerima keadaan dirinya. Rasa hajatnya kepada Allah begitu besar. Jiwa inilah yang diibaratkan dalam doa: Ilahi anta maqsudi wa ridhaka matlubi (Tuhanku engkau tujuanku dan ridhaMu adalah kebutuhanku).
Keenam, Nafs al-Mardhiyyah, adalah jiwa yang berbahagia. Tidak ada lagi keluhan, kemarahan, kekesalan. Perilakunya tenang, dorongan perut dan syhawatnya tidak lagi bergejolak dominan. Ketujuh, Nafs al-Safiyah adalah jiwa yang tulus murni. Pada tingkat ini seseorang dapat disifati sebagai Insan Kamil atau manusia sempurna. Jiwanya pasrah pada Allah dan mendapat petunjukNya. Jiwanya sejalan dengan kehendakNya. Perilakunya keluar dari nuraninya yang paling dalam dan tenang.
Begitulah jiwa manusia. Ada pergulat an antara jiwa hewani yang jahat dengan jiwa yang tenang. Ada peningkatan pada jiwa-jiwanya yang tenang itu. Sahabat Nabi Sufyan al-Thawri pernah mengatakan bahwa dia tidak pernah menghadapi sesuatu yang lebih kuat dari nafsunya; terkadang nafsu itu memusuhinya dan terkadang membantunya. Ibn Taymiyyah menggambarkan pergulatan itu bersumber dari dua bisikan: bisikan syetan (lammat asyaitan) dan bisikan malaikat (lammat al-malak).
Perang melawan nafsu jahat banyak caranya. Sahabat Nabi Yahya ibn Muadh al-Razi memberikan tipsnya. Ada empat pedang untuk memerangi nafsu jahat: makanlah sedikit, tidurlah sedikit, bicaralah sedikit dan sabarlah ketika orang melukaimu maka nafs atau ego itu akan menuruti jalan ketaatan, seperti penunggang kuda dalam medan perang. Memerangi nafsu jahat ini menurut Nabi adalah jihad. Sabdanya Pejuang adalah orang yang memperjuangkan nafs-nya dalam mentaati Allah (al-Mujahidu man jahadi nafsahu fi taat Allah azza wa jalla). (HR. Tirmidhi, Ibn Majah, Ibn Hibban, Tabrani, Hakim dsb).
Kejahatan diri dalam al-Quran juga dianggap penyakit (QS 2:10). Sementara Nabi mengajarkan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Para ulama pun lantas berfikir kreatif. Ayat-ayat dan ajaranajaran Nabi pun dirangkai diperkaya sehingga membentuk struktur pra-konsep. Dari situ menjadi struktur konsep dan akhirnya menjadi disiplin ilmu. Ilmu tentang jiwa atau nafs itu pun lahir dan disebut Ilm-al Nafs, atau Il mal Nafsiyat (Ilmu tentang Jiwa). Ketika Ilmu al-Nafs berkaitan dengan ilmu kedokteran (tibb), maka lahirlah istilah al-tibb al-ruhani (kesehatan jiwa) atau tibb al-qalb (kesehatan mental). Tidak heran jika penyakit gangguan jiwa diobati melalui metode kedokteran yang dikenal dengan istilah al-Ilaj al-nafs (psychoteraphy).
Dalam Ilmu al-Nafs ditemukan bahwa raga dan jiwa berkaitan erat, demikian pula penyakitnya. Psikolog Muslim asal Persia Abu Zayd Ahmed ibn Sahl al-Balkhi (850-934), menemukan teori bahwa penyakit raga berkaitan dengan penyakit jiwa. Alasannya, manusia tersusun dari jiwa dan raga. Manusia tidak dapat sehat tanpa memiliki keserasian jiwa dan raga.
Jika badan sakit, jiwa tidak mampu berfikir dan memahami, dan akan gagal menikmati kehidupan. Sebaliknya, jika nafs atau jiwa itu sakit maka badannya tidak dapat merasakan kesenangan hidup. Sakit jiwa lama kelamaan dapat menjadi sakit fisik. Itulah sebabnya ia kecewa pada dokter yang hanya fokus pada sakit badan dan meremehkan sakit mental. Maka dalam bukunya Masalih al-Abdan wa al-Anfus, ia mengenalkan istilah al-Tibb al-Ruhani (kedokteran ruhani).
Jadi, hakekatnya manusia yang dikuasai oleh dorongan nafsu hewani dan nabati saja, boleh jadi sedang sakit. Manusia sehat adalah manusia yang nafsunya dikuasai oleh akalnya, qalb-nya untuk taat pada Tuhannya. Itulah insan kamil yang memiliki jiwa yang tenang, yang kembali pada Tuhan dan masuk surganya dengan ridho dan diridhoi. Itulah manusia yang selama hidupnya menjadi sinar cahaya (misykat) bagi umat manusia.


PENUTUP

Sebagai penutup akan saya sampaikan simpulan dan saran sebagai berikut:
1. Simpulan
• Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh satu sisi spiritualitas manusia, mengaktifkan titik godspot dan mengembalikan klien ke sebuah kesadaran darimana dia berasal, alasan mengapa manusia diciptakan, tugas - tugas yang harus dilakukan manusia didunia, beberapa hal yang pantas dilakukan didunia, hal - hal yang tak pantas dilakukan didunia, mengembalikan manusia ke kesucian, mengembalikan sebuah kertas yang berisikan tulisan tinta kembali menjadi selembar kertas putih.
• Iman adalah inti dari agama dan dengan keimanan yang kuat maka orang akan ber-positIve thinking, self control & self esteem yang baik, memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik, sehingga daya tahan mentalnya menjadi lebih baik.
• Komitmen terhadap agama yang tinggi dan peribadatan rutin yang dikerjakan dengan ikhlas meningkatkan ketahanan sistem imun.
• Manusia sehat adalah manusia yang nafsunya dikuasai oleh akalnya, qalb-nya untuk taat pada Tuhannya. Itulah insan kamil yang memiliki jiwa yang tenang, yang kembali pada Tuhan dan masuk surganya dengan ridho dan diridhoi.
2. Saran
Untuk meningkatkan keefektifan terapi psikiatri dan memperluas jangkauan pelayanan, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut.
• Pelayanan medic kejiwaan sangat penting sehingga perlu perhatian yang lebih dari pemerintah/dinas kesehatan dengan melengkapi sarana dan dan prasarana yang refrensentatif.
• Dalam pelayanan medik klinik jiwa ada baiknya diterapi bersama rohaniwan.
• Keefektifan terapi religi dapat ditingkatkan dengan meninggikan tingkat keimanan pasien, antara lain dengan meningkatkan pemahaman dan penghayatan doktrin keagamaan, melaksanakan peribadatan sesuai dengan syariat dan meningkatkan kebersamaan dengan berjamaah (Fanani, 2006).

Senin, 30 November 2009

Mencari Keberkahan Rezeki

Setiap kita pasti berharap, agar bisa mendapatkan rezeki yang halal, dan berkah. Yaitu mendapat barakah dari Allah, sehingga bisa mencukupi kebutuhan, dan bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Di zaman moderen ini, berbagai cara untuk mendapatkan rezeki, semakin kompleks. Dari kesemuanya itu, ada yang hukumnya halal, haram, maupun subhat.


Cara mencari rezeki yang halal, tentunya dengan jalan yang tidak melanggar syariat-syariat Allah, misalnya bertani, berdagang barang-barang yang halal dan mubah, atau bekerja halal sesuai dengan ketrampilan yang kita miliki.
Adapun rezeki yang haram, misalnya yang diperoleh dari riba, judi, penipuan, jual beli barang haram, serta dari berbagai sektor maksiat (misalnya dunia musik, keartisan, pamer aurat, hingga menjual kehormatan), tindak kriminal, juga dari jalan syirik atau perdukunan. Sedangkan rezeki yang subhat, adalah yang cara memperolehnya diragukan kehalalannya, atau masih samar-samar antara halal dan haram.


Misalnya, rezeki dari orang yang bekerja di suatu perusahaan atau media, yang visi dan missinya tidak senantiasa sejalan dengan Islam, bahkan sering berlawanan. Atau rezeki yang diperoleh dengan cara mengikuti bisnis MLM yang terkadang dianggap merugikan bagi sebagian pihak tertentu, atau yang diperoleh dari berbagai cara yang ternyata bila diteliti lebih jauh, diragukan kehalalannya. Dengan menjadi pialang saham, misalnya, yang oleh sebagian ulama dikatakan identik dengan judi.

Untuk meraih keberkahan rezeki, tentunya sebisa mungkin kita harus menghindari hal-hal yang subhat, apalagi haram. Karena itu, dalam berusaha "menjemput rezeki", kita harus memperhatikan hal-hal berikut:

PASTIKAN KEHALALANNYA
Kehalalan, harus menjadi prioritas kita dalam mencari rezeki. Jangan sampai makanan yang masuk dalam tubuh kita sekeluarga, berasal dari rezeki yang haram. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa setiap daging yang diberi makan dari yang haram, tempatnya adalah di neraka. Na'udzubillah....

Jadi sebisa mungkin, berbagai sektor kerja yag berbau haram atau subhat harus kita hindari. Jangan tergiur untuk mendapatkan uang atau keuntungan dengan mudah, bila harus menggunakan cara yang haram. Insyaallah, rezeki yang sedikit tetapi diperoleh dengan cara halal, akan lebih berkah dan bermanfaat daripada hasil yang banyak, namun diperoleh dengan cara haram.

TIDAK MENZHALIMI/MERUGIKAN ORANG LAIN
Keberkahan akan sulit kita peroleh, bila cara kita dalam mencari rezeki, dengan menzhalimi atau merugikan orang lain. Berbagai praktik riba, penipuan, dan mengambil barang orang lain tanpa hak, itu adalah cara-cara yang menzhalimi oang lain. Allah melarang keras pada umat-Nya, agar tidak menempuh cara ini.

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zhalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah." (an-Nisa': 29-30)

Selain itu kita juga harus ingat, bahwa doa orang yang terzhalimi akan dikabulkan oleh Allah. Jadi, bila orang yang kita zhalimi itu mendoakan keburukan bagi kita, maka kemungkinan besar keburukan itu akan menimpa kita.

IRINGI DENGAN TAKWA DAN TAWAKAL
Halangan dan rintangan, adakalanya akan menyertai langkah kita dalam mencari rezeki. Kita harus bisa bersabar menghadapi semua itu. Pun harus tetap menjaga ketakwaan dan ketawakkalan kita. Karena Allah berfirman,
"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya; dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu." (ath-Thalaq: 2-3)

Demikian pula jika ternyata Allah memberi kita kelapangan, dan mempermudah jalan rezeki kita, maka kita tak boleh lupa untuk senantiasa mensyukurinya. Jangan sampai kemudahan itu melalaikan kita dari-Nya.

JANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH
Sesungguhnya rezeki kita semua sudah ditentukan oleh Allah. Jangankan kita manusia, rezeki seluruh binatang melata di muka bumi ini pun sudah dijamin oleh Allah. Karena itu, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, yang Maha Luas karunia-Nya. Allah berfirman,
"Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah..." (az-Zumar: 53)

Yakinlah bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan, sebagaimana firman-Nya,
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain); dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (al-Insyirah 5-8)

TIPS BAGI PEKERJA DAN PEBISNIS
Berikut ini beberapa tips praktis untuk meraih keberkahan, bagi Anda yang berprofesi sebagai pekerja/karyawan, dan juga pebisnis/pedagang.

* Untuk Anda yang pekerja/ karyawan, tentu telah mendapatkan gaji sesuai ketentuan yang berlaku, di tempat Anda bekerja. Karena itu, bertakwalah kepada Allah. Jangan sampai Anda tergoda untuk berbuat tidak jujur, misalnya melakukan korupsi, suap-menyuap, manipulasi data, dan sebagainya. Berusahalah untuk bekerja sebaik-baiknya, dan sejujur-jujurnya.

* Untuk Anda yang pebisnis/pedagang, Anda harus selalu mengutamakan servis terhadap konsumen. Lakukan 5 hal berikut, yang insyaallah bisa mendatangkan berkah.

1. Berusahalah untuk selalu bersikap ramah dalam melayani konsumen, juga kepada siapa saja. Jadilah orang yang murah senyum, karena senyum adalah sedekah. Insyaallah jika hal ini Anda lakukan, banyak orang yang akan merasa senang terhadap diri dan pribadi Anda. Hal ini tentu akan berdampak positif pada kelancaran usaha Anda.

2. Permudahlah setiap transaksi atau urusan dengan orang lain, dan jangan suka mempersulit. Dengan begitu, insyaallah, Allah pun akan mempermudah urusan Anda.

3. Rajin-rajinlah bersilaturrahmi kepada sanak kerabat, atau mengunjungi teman-teman dan tetangga. Karena berdasarkan hadits Rasulullah n, silaturrahmi bisa menambah rezeki, dan memperpanjang usia....

4. Rajin-rajinlah bersedekah, karena dalam harta kita ada hak orang miskin. Sedekah kita, insyaallah akan "membersihkan" harta kita. Sedekah juga aka mendatangkan keberkahan, karena Allah l akan melipatgandakan harta yang kita sedekahkan dengan ikhlas.

5. Bersyukurlah atas apa yang telah kita peroleh. Sungguh, bila kita pandai bersyukur, maka insyaallah Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Sebaliknya bila kita ingkar dan lupa bersyukur, maka adzab Allah sudah menanti....

Selain melakukan 5 hal di atas, bila Anda memiliki pesaing, maka bersainglah dengan sehat, dan jangan saling menjatuhkan dengan cara-cara batil, yang membuat pihak lain merasa terzhalimi.
Semoga kita semua bisa mendapatkan rezeki yang penuh berkah, amiin. (*)

Sebab-sebab Terhapusnya Berkah

Sebuah pertanyaan diajukan kepada Syekh Bin Bazz, Saya membaca bahwa di antara dampak dari perbuatan dosa adalah siksaan dari Allah dan terhapusnya berkah, maka saya menangis karena takut kepada Allah, beri­lah petunjuk kepada saya, semoga Allah membalaskan kebaikan kepada Kalian?
Syekh Bin Bazz menjawab,
Tidak disangsikan lagi bahwa melakukan dosa termasuk penyebab kemurkaan Allah dan di antara penyebab terha­pusnya berkah, tertahan turun hujan, penguasaan musuh, seba­gaimana firman Allah,

"Dan sesungguhnya kami telah menghukum (Firaun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran." (al-A'raf: 130).

Dan Firman Allah,
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara ­keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri " (­Ankabut :40).

Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak. Dan tersebut dalam hadits shahih dari Nabi n bahwa beliau bersabda,

????? ????????? ?????????? ????????? ??????????? ??????????

"Sesungguhnya seseorang ditahan rezekinya karena dosa yang dilakukannya. "(Riwayat Ibnu Majah dan Ahmad)

Setiap muslim dan muslimah wajib bersikap waspada dari ­segala dosa dan bertaubat dari dosa di masa lalu disertai berbaik sangka kepada Allah, mengharapkan ampunan-Nya, dan takut dari murka dan siksa-Nya, sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya yang Mulia tentang hamba-hamba-Nya yang shalih,­

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami." (Al-Anbiya':90).
dan firman-Nya,

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (ke­pada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab­-Nya; sesungguhnya adzab Rabbmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti." ( AI-Isra' :57).

Dan firman-Nya l,
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (At- Taubah :71).

Disyariatkan bagi mukmin dan mukminah agar melakukan sebab-sebab yang dibolehkan oleh Allah. Dan dengan hal tersebut, ia menggabungkan antara takut, raja' (mengharap) dan melakukan segala sebab, serta bertawakkal kepada Allah, berpegang kepada-Nya untuk mendapatkan yang dicari dan selamat dari yang ditakuti. Dan Allah yang Maha Pemurah berfirman,

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengada­kan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (Ath-Thalaq: 2-3).

Dan yang berfirman,
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya."(At-Thalaq:4)

Dan Dialah yang berfirman,
"Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur: 31).

Wahai saudariku, Anda harus bertaubat kepada Allah terhadap semua dosa di masa lalu dan istiqamah (konsisten) dalam ketaatan kepada-Nya serta berbaik sangka dengan-Nya, waspada terhadap sebab-sebab kemurkaan-Nya, bergembiralah dengan kebaikan yang banyak dan akhir yang terpuji. Hanya Allah yang memberikan taufik.

Kesimpulan,
Sesungguhnya salah satu akibat berbuat dosa adalah terhapusnya berkah, maka bagi setiap muslim dan muslimah wajib bersikap waspada dari ­segala dosa dan bertaubat dari dosa di masa lalu disertai berbaik sangka kepada Allah, mengharapkan ampunan-Nya, dan takut dari murka dan siksa-Nya. Wallahu a'lam bishawab.

Sudah Bersihkah Nafkah Kita?

Salah satu kewajiban suami/kepala keluarga adalah memberikan nafkah kepada keluarganya. Segala yang dibutuhkan keluarga, menjadi tanggung jawabnya. Makanan dan minuman sehari-hari, pakaian, biaya untuk keperluan sekolah, dan lain-lainnya. Memang, memberi nafkah keluarga merupakan kewajiban. Lebih dari itu, di sana terdapat janji pahala bagi yang menunaikannya. Tentu saja bila diniatkan karena Allah.

Hal yang wajib diperhatikan, apakah nafkah yang kita berikan tersebut sudah halal? Sebab Allah tidak menerima kecuali segala sesuatu yang baik dan halal. Sehingga, jangan sampai makanan yang kita suapkan ke mulut keluarga adalah makanan yang haram atau didapat dari hasil yang haram. Begitu pula minuman, pakaian, dan segala kebutuhan yang didapatkan dari kita. Apalagi di zaman sekarang, di saat halal dan haram tak lagi dipedulikan, sebagaimana sabda Rasulullah,

Rasulullah bersabda , “Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.” (Riwayat Bukhari).

Perlu disadari, segala sesuatu yang haram itu akan berpengaruh pada diri dan keluarga kita. Di antaranya berarti menghalangi doa mereka untuk dikabulkan oleh Allah. Di samping itu, makan makanan yang haram merupakan sebab seseorang meninggalkan kewajiban-kewajiban agamanya, karena jasmaninya telah disuapi dengan sesuatu yang jelek. Segala suapan yang jelek ini pun akan berpengaruh pada dirinya.

Rasulullah n sendiri begitu berhati-hati dan menjauhkan dirinya dari sesuatu yang dikhawatirkan berasal dari perkara yang haram. Ini bisa diketahui salah satu dari Abu Hurairah yang menukilkan dari Rasulullah,

“Aku pernah datang menemui keluargaku. Kemudian aku dapatkan sebutir kurma jatuh di atas tempat tidurku. Aku pun mengambilnya untuk kumakan. Lalu aku merasa khawatir jika kurma itu adalah kurma sedekah, maka kuletakkan lagi kurma itu.”

Yang demikian itu semestinya menjadi contoh bagi setiap muslim yang menginginkan keselamatan dan kebaikan keluarganya. Maka dari itu, marilah kita mulai berhati-hati dan berusaha untuk membersihkan setiap nafkah yang kita berikan kepada keluarga, agar keberkahan tidak hilang darinya. Mudah-mudahan pembahasan Nikah edisi ini bisa menambah wawasan para pembaca, terutama tentang bagaimana mencari nafkah yang halal dan konsekuensi apabila kita melanggarnya.

Bolehkah Tauriyah?

Mungkin banyak pembaca yang asing dengan kata "Tauriyah". Apa itu Tauriyah dan bagaimana hukumnya di tinjau dari sisi syariat Islam. Berikut penjelasan? Syekh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkaitan tentang hal tersebut.
Syekh ditanya,
Apakah hukumnya Tauriyah? Adakah perincian padanya?
Beliau menjawab, Tauriyah adalah keinginan seseorang dengan ucapannya yang berbeda dengan dhahir ucapannya. Hukumnya boleh dengan dua syarat:
Pertama, kata tersebut memberi kemungkinan makna yang dimaksud.
Kedua, bukan untuk perbuatan zhalim.
Jika seseorang berkata, "Saya tidak tidur selain di atas watad." Watad adalah tongkat di dinding tempat menggantungkan barang-barang. Ia berkata, "Yang saya maksud dengan watad adalah gunung." Maka ini adalah tauriyah yang benar, karena kata itu memberi kemungkinan makna tersebut dan tidak mengandung kezhaliman terhadap seseorang.
Demikian pula jikalau seseorang berkata, "Demi Allah, saya tidak tidur kecuali di bawah atap." Kemudian dia tidur di atas atap rumah, lalu berkata, "Atap yang saya maksudkan adalah langit. Maka ini juga benar. Langit dinamakan atap dalam firman-Nya,
"Dan kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara," (Al-Anbiya': 32)
Jika tauriyah digunakan untuk perbuatan aniaya, maka hukumnya tidak boleh, seperti orang yang mengambil hak manusia. Kemudian dia pergi kepada hakim, sedangkan yang dianiaya tidak memiliki saksi. Lalu qadhi (hakim) meminta kepada orang yang mengambil hak tadi agar bersumpah bahwa tidak ada sedikit pun miliknya di sisi Anda. Maka dia bersumpah dan berkata, "Demi Allah, ma lahu 'indi syai' (tidak ada sedikit pun miliknya pada saya)." Maka hakim memutuskan untuknya. Kemudian sebagian orang bertanya kepadanya tentang hal tersebut dan mengingatkannya bahwa ini adalah sumpah palsu yang akan menenggelamkan pelakunya di neraka. Dan disebutkan dalam hadits,
"Siapa yang bersumpah atas sumpah palsu yang dengan sumpah itu ia bisa mengambil harta seorang muslim, ia berbuat fasik padanya, niscaya ia bertemu Allah, dan Dia sangat murka kepadanya." (Muttafaq Alaihi)
Yang bersumpah ini berkata, "Saya tidak bermaksud menafikan (membantah), dan yang saya maksudkan adalah itsbat (menetapkan). Dan niat saya pada kata "ma lahu" bahwa 'ma' adalah isim maushul, artinya: Demi Allah, yang merupakan miliknya ada pada saya." Sekalipun kata itu memberikan kemungkinan makna itu, namun hal itu adalah perbuatan aniaya, maka hukumnya tidak boleh (haram). Karena inilah disebutkan dalam sebuah hadits,
"Sumpahmu berdasarkan pembenaran yang diberikan temanmu." (Riwayat Muslim)
Takwil tidak berguna di sisi Allah  dan sekarang Anda telah bersumpah dengan sumpah yang palsu.
Jika seorang laki-laki, istrinya tertuduh melakukan tindakan jinayah (kriminal), sedangkan istrinya bebas (tidak bersalah) dari tuduhan itu, lalu ia bersumpah dan berkata, "Demi Allah, dia adalah saudari saya." Dan ia berkata, "Maksud saya dia adalah saudari saya dalam Islam." Maka ini adalah ta'ridh (sindiran/pemberian isyarat) yang benar, karena ia memang saudarinya dalam Islam, sedangkan dia dianiaya.
Kesimpulan:
Tauriyah adalah keinginan seseorang dengan ucapannya yang berbeda dengan dhahir ucapannya. Hukumnya boleh dengan dua syarat:
1. Kta tersebut memberi kemungkinan makna yang dimaksud.
2. Bukan untuk perbuatan zhalim.
Wallahu a'lam bisshawab
[Disalin dari kitab al-Fatawa asy-Syar’iyyah fi al-Masail al-Ashriyyah min Fatawa Ulama Albalad al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid al-Juraisiy, Penerjemah Musthafa Aini, Penerbit Darul Haq]

Lisan Di Simpang Jalan

Memang tak mudah hidup di zaman yang serba susah dan penuh fitnah seperti sekarang ini, apalagi di negeri yang miskin ulama dan jauh dari cahaya ilmu, seperti di sini. Persaingan hidup yang makin keras dan pergesekan kepentingan yang makin panas, namun tanpa diimbangi dengan hati bersih dan akhlakul karimah, sering membuat siapa pun jadi serba salah. Mau ikut atau tersikut? 
 
Sangat memalukan, jika sebagai insan beriman, kita lalu menyerah begitu saja, seperti kebanyakan manusia yang makin "kreatif' dalam usaha memenuhi segala hasrat dan kebutuhannya, dengan dusta. Dusta, adalah salah satu trik yang sangat populer dan begitu mereka sukai. Dari yang sekadar kepepet, malu-malu dan terpaksa, hingga yang memang sudah ahli dan sangat menikmati, bahkan menganggapnya sebagai kebutuhan atau sarana wajib yang harus ada. 
Dari kacamata syariat, seseorang sudah cukup dikategorikan sebagai pendusta, minimal telah berbuat dusta jika dia mengatakan atau menceritakan suatu peristiwa tidak sebagaimana adanya, walaupun sama sekali tak ada niat dalam hati untuk berbohong. Lebih dari itu, perbuatan dusta, ternyata bukan persoalan sederhana dan sepele.
 
MUSLIM, PANTANG BERDUSTA
"Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta." (Riwayat al- Bazzaar)
Hadits di atas secara tegas menerangkan betapa dusta tidak bisa dianggap main-main dan dipandang sebelah mata. Masih bisa dianggap wajar jika seorang muslim melakukan maksiat dan kesalahan, karena manusia memang tempat khilaf dan lupa. Namun toleransi itu, tidak berlaku lagi pada muslim yang khianat dan berdusta, apalagi yang sudah berubah jadi kebiasaan dan tabiat, sungguh suatu aib, kehinaan dan musibah yang berlipat ganda.
 
Sebenarnya, dalam norma ideologi dan adat masyarakat mana pun, dusta dan pelakunya selalu ditempatkan pada posisi tidak terpuji. Sekecil apa pun dusta tersebut, sudah cukup untuk memberi setitik noda pada wibawa dan kemuliaan seseorang di mata sekitarnya. Sebuah cela, yang bahkan mungkin tidak akan bisa hilang, melekat sebagai cacat, meski dia sendiri sudah bertobat dan terbukti tidak mengulanginya. Di sisi lain, banyak pula norma, adat, bahkan agama yang secara sadar justru melakukan kebohongan, menyalahi syariat mereka.
 
Contoh, agama Nasrani yang katanya mengajarkan kasih dan kebajikan dalam syariatnya, ternyata di lapangan menghalalkan segala cara untuk meraih pengikut. Atau dalam sistem demokrasi,  para kandidat berebut simpati massa dengan obral janji, yang mayoritas hanya omong kosong, namun masyarakat terkesan tenang-tenang saja dikibuli. Justru pejabat tukang kibul tersebut, masih saja dielu-elukan dan dihormati.
 
Ironisnya, jauhnya kita dari agama, membuat kita secara sadar atau tidak sadar, sering terjebak dalam lingkaran setan perilaku hina ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban.. Dalam keseharian, dusta sudah menjadi hal biasa dan seolah tidak apa-apa. Dusta, sudah begitu mudah dijumpai di mana saja, dengan pelaku siapa saja. Dalam rumah tangga misalnya, seorang suami atau istri yang selingkuh, begitu pandai berdusta di hadapan pasangannya. Dalam kondisi tertentu (demi kemaslahatan), Rasulullah memang menghalalkan dusta dalam pembicaraan antara suami istri, namun tentu tidak untuk hal seperti ini.
 
Pada perkembangannya secara umum, dusta juga sudah mengalami sangat banyak metamorfosa yang begitu canggih, penuh rekayasa dan terkadang dilindungi sistem. Hingga bagi yang tidak jeli, akan sangat susah mengenali bahwa itu adalah sebuah dusta, yang memang dibuat untuk menghancurkan dirinya, dan dirancang dengan hati-hati untuk mencabik-cabiknya menuju kebinasaan, sebagai korban.
 
Jika diteliti lebih jauh, peperangan antara manusia dengan iblis dan bala tentaranya, juga dipicu dari dusta sebagai permulaan, dengan iblis sebagai pelopornya. Dengan bujuk rayunya yang halus, dengan kepandaiannya bermain kata, dengan kelicikan yang tiada bandingannya, dia berhasil memperdaya Adam dan Hawa untuk memakan buah larangan. Dengan kata lain, ia membohongi Adam dan Hawa hingga mereka berdua terusir dari surga.
 
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
 
Dalam hadits di atas, Rasulullah mengaitkan antara keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan perintah berkata baik. Ada tiga tingkatan, yang paling utama adalah jika harus berkata, maka jangan berucap kecuali yang baik-baik saja. Jika tidak mampu, lebih baik diam. Jika diam juga terasa berat, setidaknya katakan hal-hal yang mubah-mubah saja. Jika tidak mampu juga, bersiaplah masuk dalam arena berbahaya, yang begitu dekat dengan dosa dan neraka. 
 
BAHAYA DAN EFEK BURUK DUSTA
Bagi seorang muslim, satu balasan keburukan sudah terlalu berat untuk menanggungnya. Dusta, selain jelas tertulis sebagai amal keburukan berbuah dosa, juga berbahaya dan berdampak buruk, tak hanya bagi pelaku itu sendiri, namun juga kepada korban dusta, masyarakat di mana ia berada, hingga segala hal yang terkait dengan dirinya. 
 
Jika diperinci, beberapa efek buruk dusta di antaranya:
1. Digolongkan sebagai kelompok orang munafik, sebagaimana Rasulullah pernah bersabda,
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat." (Riwayat Muslim)
2. Kehilangan jaminan Rasulullah untuk masuk surga.
”Barangsiapa yang mampu menjaga apa yang terdapat di antara dua janggutnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (Muttafaq 'alaih, dari Sahl bin Sa’ad)
3. Menjauh dari jalur keselamatan.
Nabi pernah menasihati ‘Uqbah bin Amir ketika dia bertanya tentang keselamatan, lalu beliau bersabda,
”Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa-dosamu.” (Riwayat Tirmidzi, hadits hasan)
4. Meperdekat jarak ke neraka.
”Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka. Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta,
sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (Muttafaqun‘alaih)
5. Menimbulkan suasana saling tidak percaya dalam masyarakat muslim.
Sungguh sangat mengerikan, jika suatu masyarakat sudah terbiasa dengan dusta. Tiada keamanan dan ketenteraman, karena masing-masing selalu saling curiga. Sebagai imbasnya, perintah untuk saling berprasangka baik kepada sesama muslim, jadi lebih sulit untuk dilaksanakan. 
6. Menebarkan keraguan dan keresahan.
Keraguan tak beda jauh dengan rasa bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber keresahan dan keraguan, serta menjauhkan ketenangan pada orang yang jujur.
Berkata Rasulullah,
 
”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu, dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah keresahan.” (Riwayat Tirmidzi, an-Nasai, dan lainnya).
7. Merugikan orang yang "sama" dengan dia.
Sama di sini bukan berarti sama-sama pendusta, tapi lebih kepada persamaan-persamaan karakteristik visual, seperti persamaan asal daerah, suku, almamater, agama, profesi dan sebagainya. Ibarat gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga, begitu pula nasib orang yang qadarallah punya banyak persamaan seperti di atas dengan sebagian pendusta. Masyarakat kita punya kecenderungan untuk memudahkan dan meyamaratakan.
 
Meski secara umum dusta sangat dilarang, namun Rasulullah membolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa, dan pembicaraan suami kepada istrinya (untuk kemaslahatan). Wallaahu a'lam. (a_mar)

Minggu, 15 November 2009

Tanda Wanita Selingkuh Istri anda Nyeleweng


Wanita dan Selingkuh, akhir-akhir ini lebih banyak wanita yang selingkuh dibanding laki-laki. Karena beberapa faktor yang memudahkan para Ibu Rumah Tangga ataupun wanita karier untuk menjalin asmara dengan lelaki lain selain suaminya.

Faktor kemajuan teknologi dengan adanya chating, YM, Friendster, Plurk dan jejaring sosial yang lebih modern seperti facebook yang bisa berkirim pesan, foto bahkan video dikolaborasi dengan tipisnya iman menyebabkan banyak Ibu-ibu yang bukan Tante Girang sekalipun melakukan perselingkuhan di dunia maya maupun dunia nyata. Berikut Selingkuh dan Tanda-tandanya serta pada postingan yang akan datang, akan dibahas cara penanggulangannya.
Penyebab Wanita Berselingkuh beberapa faktor diantaranya:
  1. Mendapat perlakuan kasar secara fisik, terintimidasi, terhina, dilecehkan dan tidak dihargai.
  2. Kesepian akibat kesibukan pasangan sehingga dibutuhkan seseorang sebagai tempat curhat.
  3. Karier bagus, segala-galanya didapat dari pasangan tapi kebutuhan biologis tidak terpenuhi.
  4. Ingin menikmati pengalaman seksual yang berbeda, tidak dengan hanya satu pasangan saja.
  5. Petualangan cinta yang mendebarkan dirasa sebagai pemicu semangat hidup.
  6. Penuaan diri yang merupakan momok menakutkan maka seks dengan daun muda untuk 'obat' awet muda.
  7. Kepribadian lemah sehingga tak mampu mengelak gangguan atau godaan nakal pria.
Jika sikap pasangan wanita mulai menunjukkan tanda-tanda berubah, hati-hatilah. Jangan-jangan ia telah berselingkuh. Psikolog Ismaniati Sasono memberikan ciri-ciri perubahan tingkah laku seseorang, yang dicurigai mengarah ke tindak selingkuh.
Kenalilah tanda-tandanya sejak dini :

1. Enggan Diusik
Sangat menikmati kesendirian, maka kebersamaan dengan pasangan berangsur berkurang.

2. Tidak Fokus
Pembicaraan cenderung tidak fokus dan acap melenceng dari topik, berakibat jawaban-jawaban menjadi kurang tepat.

3. Cepat Marah
Pertanyaan dinilai sebagai interogasi dan diliputi rasa dicurigai sehingga yang timbul kemarahan yang tidak jelas arahnya.

4. Perhatian Menurun
Pikiran telah berbagi akibat kehadiran orang lain, maka telah membuat perhatiannya terhadap pasangan menurun atau berkurang.

5. Sering Lupa
Janji makan siang atau malam hingga jadwal olahraga bersama cenderung terlewatkan. Yang lebih mengejutkan, lupa ulang tahun perkawinan.

6. Sikap Defensif
Merasa rahasianya terancam dan untuk menutupi kebohongan-kebohongannya, ia menjadi cenderung bertindak defensif.

7. Malas Bicara
Seperti merahasiakan beberapa kegiatan karena tak ingin diusik bahkan diketahui sehingga mulai jarang bercerita.
You might also l

Apa saja sih tanda - tanda istri berselingkuh??

apa beda dengan suami yg berselingkuh.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengungkapkan dari 9 kasus perceraian akibat perselingkuhan, 7 diantaranya dilakukan oleh ibu yang berselingkuh dengan pria lain.

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasion…

Penyebab Selingkuh

Sebenarnya antara laki-laki dengan perempuan mempunyai masalah yang sama ketika memutuskan untuk berselingkuh. Penyebab umumnya antara lain;
1. Tidak mendapatkan kepuasan dari pasangannya.
2. Tidak mendapatkan keinginan yang berkaitan dengan aktivitas seksual.
3. Kesepian.
4. Jenuh dengan pasangan.
5. Ingin mencoba yang lain.

Tanda-tanda Perselingkuhan

selingkuh a 1 tidak berterus terang; tidak jujur; suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; curang; serong. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, 1991)

Orang yang berselingkuh selalu berusaha menyembunyikan peselingkuhannya itu rapat-rapat. Namun karena percobaannya untuk menutup perselingkuhan, ada tanda-tanda yang biasanya nampak pada orang yang berselingkuh. ( tapi ngga absolut lho! ). Berikut ini tanda-tanda orang berselingkuh menurut Julia Hartley Moore dalam bukunya Infidelity, exploding the myths :
1. Terlalu banyak detail. Ketika seseorang mengatakan sejujurnya, seharusnya dia tidak perlu menerangkan segala sesuatunya terlalu mendetail. Misalnya, jika dia terlambat menemui Anda untuk makan siang, dia hanya cukup meminta maaf atas keterlambatannya. Tetapi, orang yang berbohong, merasa perlu membenarkan kebohongannya dan dia akan memberikan begitu banyak alasan yang panjang dan mendetail tentang keterlambatannya itu.

2. Menjadi defensif. Anda akan memperhatikan ketika Anda mengajukan pertanyaan sederhana yang biasa Anda tanyakan, seperti “Kapan pulang?” dia tiba-tiba menjadi defensif, dan jika Anda menantangnya dia langsung menjadi agresif secara verbal. Tingkah laku ini biasanya merupakan suatu tanda bahwa rasa bersalah bersembunyi di suatu tempat.

3. Perhatian yang terlalu berlebihan. Perubahan tingkah laku yang tiba-tiba adalah tanda yang memberikan petunjuk. Jadi, jika Anda hidup bersama pria yang semula tidak begitu perhatian pada apa yang Anda kenakan dan apa yang Anda lakukan, kemudian tiba-tiba mulai mengomentari penampilan Anda, berhati-hatilah.

4. Membicarakan orang tertentu secara berlebihan. Ini tidak berarti harus komentar positif semata; bisa saja membicarakan keburukannya, dan ini berarti mencegah Anda mencium kebusukannya. Tanda yang memberi petunjuk lainnya adalah membicarakan wanita baru yang mereka temui, lengkap dengan cerita tentang suami, atau pacarnya, atau fakta bahwa wanita itu akan segera menikah. Jika pasangan Anda melakukan salah satu pola tingkah laku ini, berhati-hatilah, karena biasanya ini merupakan kedok untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

Berhati-hatilah apabila anda menemukan tanda-tanda diatas pada pasangan anda. Curiga boleh saja asal bukan cemburu yang berlebihan.

Apakah pasangan anda berselingkuh? Bagaimana seandainya pasangan anda berselingkuh, apa yang akan anda lakukan?

Hmm,,,selingkuh itu memang indah ( kata orang lho! )
..................

APA ITU PUBER KE 2

Lingkungan di sekitar kita penuh warna dan rona bagai pelangi yang menghiasi langit…dibuat indah sedemikian rupa sehingga membuat terbuai para pecinta dunia. Hidup penuh dengan warna-warni rasa, yang dengan rasa tersebut seharusnya menghantarkan manusia kepada sang maha pemilik rasa, namun kekuatan rasa ini begitu menakutkan, bahkan konon menjadi ketakutan terbesar bagi seorang petuah, penasihat, pengkritik, pengajar dan da’i saat diri berhadapan dengan situasi yang dengan rasa tersebut dapat menurunkan mutu berpikir dan mengacaukan tatanan tata letak nilai hidup yang terpatri dan tersusun rapi. Tiba-tiba saja menjadi pencemas, penggelisah, penakut dan penggembira



Menghadapi kenyataan kalau ternyata kita adalah seorang yang terjebak dalam tindakan yang bersembunyi dibalik kata-kata bijak yang selalu kita luncurkan pada pagi, siang dan malam, saat tersadar sesuatu sudah berlangsung sebagian, bagai burung unta yang menenggelamkan kepalanya kedalam pasir sementara tubuh besarnya nampak jelas terlihat, berusaha menutupi diri dari kenyataan kalau diri kita tidak pernah cela.



Para desainer penghancur akhlaq begitu hebat membungkus kebebasan wanita dengan ‘emansipasi’, membungkus kebebasan beragama dengan ‘fluralisme’, membungkus gaya hidup instant dengan kemudahan teknologi. Mereka dengan misinya telah berhasil melancarkan pointer-pointer tersebut ke target yang tepat dimulai dengan fashion, food and fun yang tergoda pun tidak tanggung-tanggung dari mulai rakyat jelata, pengusaha, pejabat, penguasa bahkan para da’I sekalipun tidak lepas dari jeratan dan jebakan mereka.



Misi yang dilancarkan bukan untuk mengkafirkan muslimin tetapi mudah saja...”buatlah aqidahnya sedikit rapuh...”dengan membuatnya cinta akan glamoritas…kesenangan…dan kenyamanan…hidup, ditambah dengan hal-hal yang klasik harta, tahta dan wanita. Satu yang terakhir ini agak berbeda, godaan yang satu ini agak spesial karena menyentuh seluruh manusia tidak hanya yang kaya tetapi yang miskin pun memiliki masalah yang sama. Harta dan tahta mungkin sebagian manusia saja yang memiliki kesempatan mendapatkannya tetapi wanita bagi siapapun termasuk para petuah dan da’i mengalaminya.



“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)



Bohong jika ada orang yang mengatakan tidak menyukai perhiasan dunia, hanya saja bagi mukmin semua perhiasan dunia itu seharusnya menjadi fasilitas untuk menjalankan amanah mendhohirkan keridhaan Allah SWT





Rasulullah menganalogikan ‘wanita’ bukan berarti hanya berlaku bagi para pria saja tetapi juga hadits tersebut ditujukan bagi para wanita juga, maksudnya godaan yang berupa ‘pria’. Jadi maksudnya Rasulullah berpesan hati-hatilah wahai orang beriman dengan semua godaan akan harta, tahta dan wanita/pria. Ketiga elemen inilah yang melekat erat dengan hal yang sangat esensial kebutuhan manusia. Manusia dengan semua perangkatnya memiliki nafsu pada ketiga hal tersebut, hanya saja kadarnya yang berbeda.



Godaan Wanita/ Pria



Jika seorang abang becak, sopir, pedagang, pengusaha tergoda oleh wanita/ pria adalah hal yang biasa namun jika seorang petuah, da’i, pemimpin dan guru/ ustadz maka ceritanya akan lain. Menjadi sebuah kenyataan yang ironi dimana dalil dan teori menjadi saksi bisa tak berdaya mendakwa sang penuturnya. Betapa tidak mereka adalah figur public, semua gerak, langkah mereka selalu menjadi pusat perhatian menjadi rujukan dan patron pengikat semua orang, makanya orang tua membuat pepatah ” guru kencing berdiri, murid kencing berlari...” itu artinya jika seorang figur public saja dapat berbuat demikian maka lebih-lebih murid dan atau umatnya.



Sebenarnya di dalam kamus goda menggoda bagi syetan tidaklah pandang bulu, dan tidak pula membuatnya repot , dinasti syetan sudah jauh lebih maju dari manusia, syetan sangat profesional dalam melakukan pekerjaannya. Untuk level seorang sarjana S3 maka tidak mungkin syetan yang menggodanya lulusan SD yang nulis bacanya pas-pasan. Maka raja syetan akan menugaskan sarjana S3 terbaik lulusan universitas syetan ternama untuk menggoda manusia tersebut, begitu pun untuk seorang da’i maka syetan yang menggodanya pun adalah syetan yang sudah tahfidz Al Qur’an, dan jika itu seorang guru/ustadz maka syetan yang menggodanya pun adalah ustadz ternama yang sudah beberapakali khatam qur’an, dengan jam terbang mengajar, seminar, workshop yang tak terhitung. Ini berarti semakin tinggi predikat seseorang maka syetan yang menggodanya pun semakin hebat.



Tidak heran jika seorang petuah, da’i, guru atau ustadz tergoda syetan melalui yang namanya mahluk bernama wanita/ pria karena bukankan mereka juga manusia normal??? Dimana saat datangnya masa puber baik saat remaja atau puber kedua setelah menikah godaan dari wanita/ pria pun akan menimpanya. Meminjam kata-kata grup band serieus....ustadz...juga...manusia...!!!. Maka saat itu datang menjadi ujian keimanan bagi siapa-siapa saja yang lulus melewati ujian tersebut maka Allah akan tinggikan derajatnya...seperti sedang ujian karate jika lulus maka seorang karateka naik peringkat dari ban hijau naik jadi ban biru.



Kalau yang tergoda adalah remaja, duda, atau suami yang tertarik pada wanita lajang maka inilah ayat-ayat Allah dimana mereka harus segera menikahinya. Celakanya yang saling tergoda justru mereka yang sudah menikah sang wanita adalah seorang istri dang sang pria adalah seorang suami. Maka tidak ada lagi kata yang tepat selain HARAM bagi mereka untuk berinteraksi.



Mengapa Tergoda...???



Faktor dominan yang menyebabkannya :

1. Sistem yang ada
2. Adanya peluang / kesempatan
3. Tidak adanya hijab
4. Iman yang rapuh
5. Lemahnya sosial kontrol
6. Faktor psikologis



Lingkungan di sekitar kita begitu bebasnya, wanita-wanita dan pria ”tanpa busana” berkeliaran seakan menjadi pemandangan yang biasa, begitupun kehidupan bebas lainnya di sekolah, pusat belanja,tempat wisata, tempat hiburan dan kantor-kantor semuanya membebaskan para wanita dan pria untuk melakukan aktifitas tanpa batas. Bahkan tugas-tugas ke luar kota pun tidak ada perlakuan khusus bagi wanita. Wanita-wanita bisa pergi kemana saja tanpa pendamping, karena sistem menuntut demikian. Kondisi seperti ini keimanan benar-benar di pertaruhkan, bagaimana tidak seorang pria mendapat tugas ke luar kota satu tim dengan teman kerja wanita selama 3 bulan, dapat dibayangkan...??? betapa orang-orang seperti ini memerlukan energi yang sangat banyak untuk melawan keinginan hatinya, mengendalikan dirinya agar imannya terpelihara....(wah...cape deeeeehhhh...).



Belum lagi gaya hidup yang dihembuskan kaum orientalis dan yahudi, gaya hidup yang mengambil filosifis ” kalau masih ada orang yang jual sate untuk apa membeli kambing...???”, wanita pria yang sudah menikah memiliki pasangan lain di kantor, kalau boleh dibilang mereka mengaku sebagai PIL (pria idaman lain), WIL (wanita idaman lain), TTM (teman tapi mesra) dan entah apalagi sebutan-sebutan yang menunjukkan jika pria dan wanita yang telah menikah menjadi teman sehati bahkan selingkuh dalam segala hal di kantor.



Berinterakasi di tempat kerja dalam sehari kurang lebih 10 jam efektif bahkan lebih (jika lembur) ditambah dengan perjalanan pulang pergi rumah 4 jam maka kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain menjadi lebih banyak dan leluasa, bandingkan dengan jam di rumah yang hanya mendapatkan porsi 10 jam diambil istirahat tidur 6-7 jam, jadi interaksi dengan istri/suami dan anak hanya 3-4 jam, mending jika interaksi yang dilakukannya berkualitas bagaimana kalau setiap bertemu istri/ suami/anak bawaannya marah-marah karena stress memikirkan pekerjaan kantor?. Maka tak ayal lagi peluang untuk dekat dengan seseorang di kantor sulit untuk dihindari.



Awalnya mungkin hanya ngobrol biasa sesama teman, lama-lama saling curhat masalahnya masing-masing maka timbullah simpati, jika interaksi ini diteruskan maka muncullah empati dan selebihnya jika terus-terusan interaksi ini dipelihara maka muncullah perasaan yang mendalam, membuai hati, muncullah rasa nyaman jika berdekatan, dan jika salah satunya tidak ada maka rasa kehilangan dan rindu untuk bertemu...dan seterusnya lah syetan membimbingnya agar terus berada dalam jebakannya. Setelah itu maka akal sehatpun nyaris hilang. Perasaan yang berbunga-bunga, berbuih-buih melenakan mereka ...setelahnya wallahualam apa yang akan terjadi.



Faktor psikologis seperti masa dimana seseorang sedang mengalami puber kedua, menjadi pemicu munculnya perselingkuhan, ditambah jika teman di kantor memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pasangan kita di rumah. Kalau bukan karena iman yang membendung dan mengendalikan nafsu maka tak ada jalan bagi hati untuk tertambat di pelabuhan hati sang pengagum. Hal ini tidak saja menimpa segelintir orang tetapi semua orang mengalami ’rasa ini’, kagum pada selain istri/suami.



Allah SWT sudah memperingatkan untuk senantiasa menjaga hijab antara pria dan wanita, bahkan bagi wanita jika ia pergi keluar rumah maka harus seijin suami dan ada seorang muhrim yang menemani, namun dunia saat ini tidak memungkinkan demikian maka hijab hati, jaga pandangan, jaga lisan menjadi sesuatu hal yang teramat penting untuk diperhatiikan oleh para aktifis dan semua orang yang bekerja di luar rumah.





Tip n Trik Mengatasinya



Saat masa dimana perasaan ’itu’ datang maka :

- janganlah mengekspresikan rasa yang muncul itu dengan perasaan dan pemikiran kita, apalagi dengan sikap dan perilaku kita

- sembunyikanlah perasaan tersebut cukup Allahlah yang mengetahuinya, agar tidak mengganggu orang lain dan mempermalukan diri serta keluarga

- berlindunglah kepadaNya jangan sampai tergoda

- berpalinglah pada istri dan suami kita, gaulilah mereka

- kurangi interaksi dengan ’sang pengagum’, jika perlu hindarilah dia

- perbanyak sholat malam dan shaum sunat

- berolahragalah agar energi kita tersalurkan

- buatlah diri kita bener-benar sibuk sehingga perasaan dan pikiran kita tidak tertambat pada sang pengagum

- ingatlah jika hal ini terjadi pada pasangan kita, apa yang kita rasakan

- selalu ingatlah bahwa Allah maha pedih adzabnya



Evaluasi Diri



Bagaimana bisa…banyak ayat yang telah kita hafal…tetapi mengapa tidak dapat menjadi syifa bagi hati yang gundah gulana ditempa perasaan yang meluap-luap terhadap orang bukan selayaknya???



Bagaimana mungkin bibir ini basah dengan dzikir untuk mengingat Allah, tetapi tidak bisa menjadi terapi bagi lisan yang terus-menerus menyebutkan dan menyanjung sang pengagum???



Katakan TIDAK pada hawa nafsu….dan nyatakan mulai detik ini sampai selama-selamanya syetan adalah musuh utama kita…seperti Ibrahim AS nyatakan itu di padang pasir pada saat syetan menggodanya untuk berpaling dari titah perintah Allah



Bagaimana mungkin ar rasyi…bisa bergetar mendengar do’a kita jika hati kita dan qolbu kita kotor????



Bagaimana mungkin generasi penerus cita-cita luhur pengemban amanah akan terhantar dari tangan kita jika tangan penuh dengan lumpur dosa???



Bagaimana mungkin do’a kita bisa menggedor pintu langit dan malaikat menyambutnya...kalau lisan kita penuh dusta....???



Bagaimana mungkin rahmat Allah menyapa kita, jika otak kita penuh dengan siasah dan taktik licik untuk menipuNya?



Sekali lagi saudaraku katakan TIDAK pada hawa nafsu, pada syetan laknatullah



Janganlah mengikuti langkah-langkah syetan dan berbohonglah pada perasaanmu sendiri, berbohonglah pada hawa nafsu yang akan membuatmu celaka.





Dan terakhir...



Harum semerbak bunga melati di taman puri
Dijadikan hiasan mahkota mempelai putri
Tanda/lambang kesucian dan kelembutan hati
Lembutnya hati bila berhiaskan Asma Ilaahi

Lembut tampaknya buih dihempas ombak
Terpukau mata seakan kabut yang berarak
Padahal buih sisa hempasan perasaan riak-riak
Banyak manusia seakan dirinya berakhlaq
Padahal hatinya senantiasa memberontak
Akui berhati lembut, ternyata keras berpijak.

Baru disadari ternyata diri banyak tertipu
Menyangka hati telah lembut
Menyangka diri telah jadi kekasih Allah
Menyangka diri telah berbuat baik
Menyangka dan menyangka
Yang selalu diulang dan menjadi bayangan diri
Bukankah ini khayalan yang pasti?

Kini... terlihat batu telah berada dalam suatu proses
Ternyata batu yang keras bukan saja dapat dipecahkan
Melainkan dapat pula dihaluskan laksana tepung
Ternyata disini pulalah letak ketinggian mutunya karena telah berubah fungsi selaku penghalus dan pengokoh suatu bangunan.

Oh... inikah maksud pelajaran dari melembutnya sebongkah batu
Tertunduk wajah menyimpan rasa malu
Seulas cibiran menukik di diri sambil berkata.....
Batu yang keras saja ternyata sabar memproses diri
Lalu bagaimana diri ini: “HATI” hakikatnya
Telah tercipta dalam kondisi lembut
Tak mampu berproses menuju kelembutan
Mengapa diri tak merasa malu dengan kekerasan hati
Bukannya hati yang mengeras.... tetapi nafsulah yang menjadikan hati tampil mengeras

Sehingga tak mampu hati tersentuh kelembutan Ilaahi
Sehingga tak mampu hati menangkap isyarat berhikmah
Sehingga tak mampu hati bergetar dan menangis,
Bila diingatkan dan disentuh ayat-ayat Al Qur\'an.
Oh alangkah keras dan membatunya hati...



Wahai Allah wahai Rabbi Dzat pendidik kami
Kerasnya hati kami, tak pernah kau membenci
Engkau tersenyum melihat tingkah polah kami
Laksana seorang ibu selalu sabar menjagai
Rahmat terus kau beri agar tersadar diri ini
Sungguh kami adalah hamba yang tak pandai mensyukuri

Wahai Allah wahai Rabbi tempat kami mengadu
Selangkah demi selangkah kami tinggalkan nafsu
Agar mencair hati yang selama ini keras membatu
Baru kami mengerti betapa pemurahnya sifat-Mu
Kami yang selama ini acuh dengan sabar kau tunggu
Oh ternyata kami adalah hamba yang tak mau tahu

Wahai Allah wahai Rabbi sumber segala bahagia
Banyak sudah hidup kami yang tersia-sia
Tanpa kami sadari kelak berakhir petaka
Karena terlena pada keindahan fatamorgana
Mohon kiranya agar waktu yang masih tersisa
Untuk berbakti dan bersyukur selaku hamba.





Dan ini puisi favorite sang pecinta sejati........



Cinta....



Tuhan…….

Saat aku menyukai seseorang teman

Ingatkanlah aku akan ada sebuah akhir

Sehingga aku tetap bersama yang tak berakhir



Tuhan….

Ketika aku merindukan seorang kekasih

Rindukan aku kepada yang rindu cinta sejatiMu



Tuhan….

Jika kembali mencintai seseorang

Teruskan aku dengan orang yang mencintaiMu

Agar bertambah kuat cintaku padaMu



Tuhan….

Ketika aku sedang jatuh cinta

Agar tak melebihi cintaku padaMu



Tuhan Ketika aku berucap aku cinta padaMu

Biarlah kukatakan kepada yang hatinya terpaut padaMu

Agar aku tak jatuh cinta

Dalam cinta yang bukan karenaMu



Sebagaimana orang bijak berucap

Mencintai seseorang bukan apa-apa

Dicintai seseorang adalah sesuatu

Dicintai oleh orang yang kau cinta

Sangatlah berarti



Tapi……..

Dicintai oleh seorang pecintaMu

Adalah segalanya……….

Minggu, 08 November 2009

Mengenal Lebih Jauh Tentang Organ Kelamin Kita


Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.
Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi 2, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan. Mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.
female repro side
female repro side
Organ kelamin dalam membentuk sebuah jalur (saluran kelamin), yang terdiri dari ovarium (indung telur) berfungsi menghasilkan sel telur; Tuba falopii (ovidak) sebagai tempat berlangsungnya pembuahan; rahim (uterus) sebagai tempat berkembangnya embrio menjadi janin dan vagina yang merupakan jalan lahir. Dalam keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang di dalam vagina kecuali jika vagina terbuka (misalnya selama pemeriksaan atau selama melakukan hubungan seksual). Selama masa reproduktif, lapisan lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut sedangkan sebelum pubertas dan sesudah menopause lapisan lendir menjadi licin. Serviks (leher rahim) terletak di puncak vagina. Sebuah saluran yang melalui serviks memungkinkan sperma masuk ke dalam rahim dan darah menstruasi keluar. Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur).
male internal sexual organ
male internal sexual organ
Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar). Struktur dalamnya terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama). Sperma yang merupakan pembawa gen pria dibuat di testis dan disimpan di dalam vesikula seminalis. Ketika melakukan hubungan seksual, sperma yang terdapat di dalam cairan yang disebut semen dikeluarkan melalui vas deferens dan penis yang mengalami ereksi.
Sama seperti tubuh kita, organ reproduksi kita juga rentan terkena penyakit apabila kita kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatannya. Pada pria, beberapa penyakit yang bisa menyerang antara lain kanker penis, kanker prostat, hernia, impotensi dan ejakulasi dini. Sedangkan pada wanita dapat timbul penyakit mulai dari keputihan hingga kanker pada leher rahim, rahim, indung telur, payudara, vagina ataupun saluran telur.
Sebelum terlambat, alangkah baiknya apabila kita dapat mencegah penyakit-penyakit tersebut menyerang organ reproduksi kita, salah satunya dengan senantiasa merawat dan menjaga kebersihan organ reproduksi kita. Merawat kebersihan daerah ‘pribadi’ (organ seksual), mungkin tidak kita lakukan sesering merawat kebersihan organ tubuh lainnya. Padahal kebersihan pada daerah tersebut, juga membutuhkan perhatian yang ekstra pula. Pasalnya pada daerah-daerah organ seksual tersebut, keringat yang dihasilkan cukup berlebih. Alhasil daerah tersebut pun menjadi lebih lembab, sehingga bakteri yang menyebabkan penyakit dan bau tak sedap dapat berkembang-biak dengan baik.
Beberapa cara yang umum dan dapat kita coba untuk menjaga kebersihan alat reproduksi, antara lain :
  • Mandi secara teratur (2 kali sehari).
  • Mencuci bagian luar organ seksual, dengan sabun kulit setiap buang air kecil atau pun air besar.
  • Menggunakan air yang bersih untuk mencuci organ reproduksi.
  • Mengganti celana dalam sehari sekali.
  • Memakai pakaian dalam berbahan katun, untuk mempermudah penyerapan keringat.
  • Hindari menggunakan pakaian dalam orang lain, untuk menghindari penularan penyakit.
  • Mencukur rambut disekitar daerah kemaluan, untuk menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah reproduksi tersebut.
  • Gunakan pakaian dalam sesuai ukuran, tidak terlalu ketat dan terlalu longgar sehingga kita juga dapat merasa nyaman ketika beraktifitas.

Selain dengan cara-cara tersebut diatas, masih dibutuhkan pula perawatan-perawatan lain yang dibutuhkan alat reproduksi, bergantung pada jenis kelamin. Untuk wanita, dapat menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :
  • Menjaga Kelembaban Daerah Vagina :
Setelah buang air kecil atau air besar, bersihkan bagian luar daerah vagina secara hati-hati dengan air dan sabun kulit yang lembut. Ketika membersihkannya, sebaiknya menggunakan air hangat.
  • Mengganti Pembalut Sacara Rutin
Ketika menstruasi gantilah pembalut lima kali sehari, untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Pasalnya ketika menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat rentan terkena infeksi. Untuk memilih jenis pembalut, sebaiknya gunakan pembalut yang menggunakan campuran zat-zat yang dapat menyebabkan alergi , misalnya gel dan parfum. Selain itu, pilih pembalut yang mampu melekat dengan baik pada pakaian dalam kita.
Sedangkan untuk pria, perawatan daerah vitalnya tidak jauh berbeda dengan cewek. Beberapa hal lain yang diperlukan untuk menjaga kesehatan daerah pribadinya :
  • Khitan/ Sunat
Dengan dikhitan, bakteri dapat lebih mudah dibersihkan setelah buang air kecil. Pasalnya dengan kepala penis terbuka, tidak diperlukan usaha khusus untuk membersihkannya.
  • Mengeringkan organ vital setelah buang air kecil
Untuk mencegah tumbuhnya jamur pada daerah vital, sebaiknya sebelum memakai pakaian dalam, keringkan terlebih dahulu daerah tersebut dengan handuk untuk mengurangi kelembaban pada daerah vital tersebut.
Selain cara-cara yang telah disebutkan di atas, masih ada 1 hal penting yang harus diingat, yaitu hindari melakukan hubungan seksual dengan pasangan berganti-ganti. Ingatlah bahwa kuman penyebab penyakit juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika pasangan berganti-ganti, tentunya tak mudah mendeteksi siapa yang menulari Anda. Peradangan sangat berhubungan dengan penyakit menular seksual dan tingkah laku seksual bebas.
Kesehatan organ reproduksi sebaiknya mulai diperhatikan sejak dini. Ingatlah bahwa kesehatan organ reproduksi juga mempengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan. Dengan senantiasa merawat menjaga kebersihan organ reproduksi, kita dapat terhindar dari penyakit kelamin dan pada akhirnya kesehatan tubuh kita pun tetap terjaga. [Ayu]