Hal yang wajib diperhatikan, apakah nafkah yang kita berikan tersebut sudah halal? Sebab Allah tidak menerima kecuali segala sesuatu yang baik dan halal. Sehingga, jangan sampai makanan yang kita suapkan ke mulut keluarga adalah makanan yang haram atau didapat dari hasil yang haram. Begitu pula minuman, pakaian, dan segala kebutuhan yang didapatkan dari kita. Apalagi di zaman sekarang, di saat halal dan haram tak lagi dipedulikan, sebagaimana sabda Rasulullah,
Rasulullah bersabda , “Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.” (Riwayat Bukhari).
Perlu disadari, segala sesuatu yang haram itu akan berpengaruh pada diri dan keluarga kita. Di antaranya berarti menghalangi doa mereka untuk dikabulkan oleh Allah. Di samping itu, makan makanan yang haram merupakan sebab seseorang meninggalkan kewajiban-kewajiban agamanya, karena jasmaninya telah disuapi dengan sesuatu yang jelek. Segala suapan yang jelek ini pun akan berpengaruh pada dirinya.
Rasulullah n sendiri begitu berhati-hati dan menjauhkan dirinya dari sesuatu yang dikhawatirkan berasal dari perkara yang haram. Ini bisa diketahui salah satu dari Abu Hurairah yang menukilkan dari Rasulullah,
“Aku pernah datang menemui keluargaku. Kemudian aku dapatkan sebutir kurma jatuh di atas tempat tidurku. Aku pun mengambilnya untuk kumakan. Lalu aku merasa khawatir jika kurma itu adalah kurma sedekah, maka kuletakkan lagi kurma itu.”
Yang demikian itu semestinya menjadi contoh bagi setiap muslim yang menginginkan keselamatan dan kebaikan keluarganya. Maka dari itu, marilah kita mulai berhati-hati dan berusaha untuk membersihkan setiap nafkah yang kita berikan kepada keluarga, agar keberkahan tidak hilang darinya. Mudah-mudahan pembahasan Nikah edisi ini bisa menambah wawasan para pembaca, terutama tentang bagaimana mencari nafkah yang halal dan konsekuensi apabila kita melanggarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar